|BAB 17| Semesta Tak Tahu

905 95 32
                                    

Tentang rasaku yang hanya sederhana hanya ingin tak terpisah lagi, tapi kenapa awan tak mengindahkan langit yang bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tentang rasaku yang hanya sederhana hanya ingin tak terpisah lagi, tapi kenapa awan tak mengindahkan langit yang bahagia. Semuanya seakan sirna, ketika aku menemukan fakta yang sebenarnya.

Rasa sakit ini tak ada yang tahu, sebesar dan sesak apa. Semua orang memang tak tahu apa yang sedang Anita rasakan. Hatinya seakan mencelos pergi, dihempas oleh badai kenyataan yang membuat hatinya tak tenang. Kenyataan memang sangat menyakitkan. Hal yang tak diduga atau jauh dari apa yang kita inginkan terjadi, tepat dimana semua mimpi terangkai indah. Kenapa ia yang harus menerima semua luka? Disaat mimpi indah sudah terangkai untuk bahagia.

Anita masih tak menyangka, jika ibunya telah melupakan dirinya. Rasa sakit ini tak terkira. Tak terbayang ada, tapi nyata keberadaannya. Anita terus saja menangis, ditemani oleh Andalas yang masih senangtiasa menemani gadis itu.

"Udah, jangan nangis lagi." Andalas menoleh tepat dimana Anita sedang menelungkupkan wajahnya.

Anita tak menghiraukan ucapan Andalas. Rasa sesak ini tak terkira untuk ia bahas. Entah sampai kapan ia akan seperti ini? Menangis dan menyesali apa yang sudah ia lakukan.

"Anita, kalau lo butuh teman cerita, gue sanggup dengar semua yang lo ceritakan," ucap Andalas merasa tak tega melihat Anita yang terluka.

Anita mengangkat wajahnya, menatap manik mata Andalas yang terlihat cemas pada dirinya. "Semua orang gak akan tahu, apa yang sedang aku rasakan. Aku sakit, Andalas."

Andalas tak bisa berkutik. Mata itu seakan memberi sinyal padanya, bahwa sang pemilik sedang terluka. Ia tak akan membiarkan orang yang menyakiti wanita itu hidup bahagia. Hanya dirinya yang boleh menyakiti wanita itu.

"Kalau lo gak mau cerita, sampai kapanpun luka itu gak akan membaik," tutur Andalas membuat Anita menundukkan kepala.

"Apa kamu akan merasa terluka, ketika apa yang kamu inginkan tak sesuai harapan?" tanya Anita sembari menoleh pada Andalas dengan mata yang memerah.

"Pasti, lah. Menurut gue itu menyakiti hati kita, sih. Emang kenapa?" tanya Andalas balik bertanya.

"Saat ini aku merasakan itu semua. Ketika aku sudah merangkai mimpi, disaat itu juga semua mimpi seakan terhempas," jawab Anita sembari menahan rasa sesak.

Andalas pun tak paham dengan penuturan gadis itu. "Maksudnya gimana?" Andalas bertanya dengan berbagai macam teka teki yang ada di kepalanya.

Anita terlihat menarik napas panjang. Sesak ini tak bisa ia jelaskan dengan kata-kata. Mulutnya seakan membungkam, tertutup untuk tak menjelaskan apapun yang membuat dirinya terluka. Jika ia tak mau menceritakan sedikit masalahnya, lantas sampai kapan ia akan menanggung luka ini sendiri? Ia tak mungkin menceritakan hal ini pada bapaknya. Menceritakan, sama saja menambah dua luka yang akan menganga.

Setinggi Mimpi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang