Aku hanyalah seorang gadis desa, yang bermimpi untuk bertemu dengan Ibuku. Ibuku seorang artis terkenal di kota. Empat belas tahun sudah, aku dan dia tak berjumpa. Jarak selalu memisahkan kita berdua. Rindu ini semakin menjadi, ketika aku membutuhka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bolehkah kita berhenti berdebat Antara yang benar dan yang salah? Sedikit mengecilkan ego dan bertemu di tengah.
Jalanan terlihat ramai lancar. Senja yang sudah terbit membuat cahaya itu enak untuk di pandang mata. Senja menyambut mata, sebelum warna gelap muncul tak terhingga. Siang sudah berganti sore hari. Semua berganti terlalu cepat, tanpa kita duga dan sadari. Memang, apa yang kita harapkan, tak selamanya akan sesuai dengan apa yang kita rasakan.
Anita terus memandang kearah jendela luar, tepat pada pemandangan jalan yang ia lalui. Ia merasa nyaman, ketika melihat pemandangan indah seperti ini. Ketika suara seorang wanita yang terdengar familiar, membuat ia menoleh dengan cepat. Menatap layar televisi yang berada di dalam mobil milik Renata.
Renata pun menoleh. "Kamu juga suka sama sinetron ini?" Renata bertanya sembari memakan snacks.
Anita pun hanya diam membisu. Bahkan suara Renata hanya ia anggap angin lalu saja. Matanya menatap layar itu dengan perasaan yang bangga. Itu Ibunya. Ternyata ibunya memang benar sudah menjadi artis terkenal sekarang. Melihat ibunya yang melakukan adegan dengan baik, membuat senyum terbit dari sudut bibir Anita.
"Woy! Gue tanya, juga." Renata menyenggol lengan Anita yang bertumpu di sampingnya.
Anita pun menoleh, dengan tatapan terkejutnya. "Eh, iya. Kamu tanya apa?"
"Ngelamun mulu, sih. Gue tahu lo suka sinetron ini, kan? Ngaku aja, deh," jawab Renata dengan perasaan yang senang.
"Iya, aku suka. Ibuku main disana." Anita menjawab sembari menatap layar televisi, mengabaikan eskpresi terkejut dari Renata.
Sontak Renata melongo mendengarnya. Apa ia tak salah mendengar? Ibu? Di televisi itu? Yang benar saja. Ia pun menoleh kearah Anita yang tersenyum sembari melihat televisi. Ia pun ikut melihat televisi. Adegan menampilkan artis cantik yang sudah cukup berumur. Itu adalah idolanya. Zola adalah artis yang mempunyai pembawaan baik.
"Gak usah ngaco, deh." Renata pun mengibaskan tangan, berusaha untuk tak percaya.
Anita pun menoleh, dengan senyuman yang terbit. Sudah ia duga. Bahkan orang kampung tak percaya bahwa ibunya sudah menjadi artis terkenal. Bahkan saudara dirinya pun tak percaya jika ia adalah anak dari artis terkenal. Memang sulit untuk di percaya, tapi apa yang ia katakan memang benar apa adanya.
"Aku gak bohong, kok. Apa yang aku katakan memang gak bisa buat kamu percaya, tapi aku bukan pembohong yang berkedok halu." Anita menatap lurus ke manik mata Renata yang juga menatapnya.
Renata menyerap apa yang dikatakan oleh Anita. Mata dan apa yang wanita itu katakan terlihat sungguh-sungguh. Jujur ia belum percaya. Dilihat dari tempat tinggal, baju, juga sikap sangat berbeda jauh. Apa benar anak seorang artis hidup serba kekurangan seperti ini? Baginya ini tak masuk di akal.