|BAB 34| Tak Lagi Sama

1K 72 9
                                    

Seindah apapun huruf terukir, dapatkan ia bermakna bila tak ada jeda? Apakah dapat di mengerti bila tak ada spasi?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seindah apapun huruf terukir, dapatkan ia bermakna bila tak ada jeda? Apakah dapat di mengerti bila tak ada spasi?

Takdir bukan untuk di permainkan. Bukan pula bahan untuk dijadikan pembicaraan. Mungkin kita bisa mengelak, tapi jangan melupakan, bahwa ada penulis skenario terbaik untuk hidup kita. Takdir memang tak pernah sesuai dengan apa yang kita inginkan, tapi Allah tak akan pernah memberikan takdir yang buruk pada umatnya yang selalu berusaha.

Seperti Anita, mungkin pertama kali ia bertemu, ibunya tak lagi menginginkan. Perpisahan yang terjadi di masa lalu, membuat Anita harus kehilangan sosok yang menghangatkan. Bukan orangnya yang ia cari, tapi kasih sayang dan cinta yang ingin ia raih. Berbicara tentang sifat, pertama kali ia berjumpa dengan ibunya, wanita itu seakan tak mengingatnya. Bahkan secara terang-terangan ingin membunuhnya. Apa salahnya? Mungkin waktu dan keadaan yang membuatnya seperti itu. Anita tak apa, karena satu penolakan bisa menimbulkan seratus target mencapai tujuan. Sikap pantang menyerah perlu di perhatikan. Jika bukan kita yang kuat, lantas siapa lagi?

Buah dari kerja kerasnya selama ini, ia telah mendapatkan kembali ibunya. Ibunya yang pergi, dan kini sudah kembali dihadapannya. Hanya senyum yang bisa menghiasi wajah cantiknya.

"Kenapa senyum terus? Kamu gak capek?" tanya Zola yang memperhatikan wajah anaknya.

Anita menggeleng. "Anita senang, Bu. Anita bahagia, makanya senyuman yang Anita keluarkan."

Zola menyatukan kedua alisnya. Apa anaknya sedang mendapatkan sesuatu? Melihatnya senang seperti ini, hatinya menghangat seketika.

"Bahagia karena apa? Cerita dong sama Ibu. Kamu gak butuh ibu lagi, nih?" tanya Zola sedikit merajuk.

"Anita bahagia karena ibu. Anita senang, karena empat belas tahun lamanya, akhirnya Anita bisa ngobrol sama ibu. Jujur, ini salah satu mimpi dari Anita. Anita selalu menabung untuk bisa susul ibu. Selama ini Anita gak tahu, kalau Ibu artis. Anita gak boleh nonton televisi sama Bapak." Anita kemudian menatap ibunya dengan mata yang berkaca-kaca. "Ibu mau tahu cita-cita terbesar yang ingin Anita wujudkan?"

Zola yang sibuk menyimak, akhirnya menganggukkan kepalanya. Ia menatap sang anak yang ingin menangis sepertinya.

"Anita ingin membawa Ibu pulang, dan bahagiakan Ibu dan Bapak, di wisuda Anita nanti. Mungkin kebanyakan orang heran mendengar cita-cita Anita, tapi Anita gak pernah peduli. Bagi Anita, yang terpenting adalah cara membahagiakan orang tua melalui apa yang kita inginkan. Bukankah cita-cita harus di raih, Bu? Anita ingin Ibu kembali ke desa." Anita segera menghapus air matanya, ketika ia menangis.

Zola yang mendengar itu hanya bisa terisak sedih. Kenapa ia meninggalkan anak sebaik ini? Di saat Anita ingin membahagiakan dirinya, justru ia menimbulkan luka di hatinya. Hatinya sangat sesak mendengar itu semua. Jika waktu bisa ia putar, ia ingin hidup di desa saja. Ia ingin bersama Anita, yang selalu membuatnya bahagia. Zola yang melihat anaknya menangis segera memeluknya erat. Ia mengelus rambut panjang milik Anita.

Setinggi Mimpi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang