|BAB 31| Bukan Hanya Luka

923 86 18
                                    

Kalau yang di cari adalah yang bisa disalahkanTidak akan pernah ada solusi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau yang di cari adalah yang bisa disalahkan
Tidak akan pernah ada solusi.
Mengalah adalah solusi.
Bukan karena dirimu lemah, tapi yang dewasa harus memahami dan mengerti situasi yang sedang terjadi.

Jika kita menyalahkan orang lain, belum tentu itu solusi yang terbaik. Menang, kalah, dalam berjuang itu sudah biasa terjadi. Ada fase dimana, kita merasakan sakit, dan merasakan bahagia. Semua itu tergantung pada diri sendiri, mau mencari mati? Atau justru mencari solusi? Temukan itu dalam jawaban hati. Mengalah bukan berarti kalah, ada kalanya kita sebagai manusia harus memahami konteks dimana kita harus mempertahankan ego dan menyerah begitu saja.

Kalau yang dicari siapa yang salah, sampai kapan kita terus seperti ini? Mencoba menyalahkan, tapi tak mau introspeksi diri. Jadikan kesalahan sebagai pembelajaran hidup, untuk memulai kehidupan selanjutnya.

Anita hanya bisa menangis, meratapi apa yang baru saja terjadi. Kenapa ia harus seperti ini? Padahal ia sudah berjanji untuk bahagia dan tak menumpahkan air mata. Ternyata Jakarta cukup keras bagi orang sepertinya. Suara ketukan pintu, membuat Anita menoleh pada jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

"Siapa yang bertamu malam-malam begini," gumam Anita kemudian melihat dari cela jendela.

Renata? Ada apa wanita itu malam-malam kemari? Anita segera menghapus air matanya membuka pintu untuk Renata yang sedang tersenyum pada dirinya.

"Akhirnya lo buka juga," ucap Renata menyembunyikan sesuatu.

"Maaf, ya, gue terpaksa melakukan ini," lirih Renata.

"Maaf untu ..."

Perkataan Anita terputus, ketika Renata secara tiba-tiba membekap hidungnya menggunakan saput tangan yang sudah di teteskan obat bius. Anita yang oleng langsung di tangkap oleh Renata.

"Renata," lirih Anita kemudian menutup matanya.

"Maafkan, gue. Gue terpaksa melakukan ini semua. Jangan benci gue," ujar Renata menitikkan air mata.

Para pria yang menggunakan baju serba hitam keluar dari persembunyiannya. Pria itu langsung mengambil alih tubuh Anita, dan menghempaskan tubuh Renata begitu saja. Ketika Renata mencoba untuk meraih tangan pria itu, pria itu justru mengeluarkan pisau, yang membuat Renata hanya diam menatap takut kearahnya.

"Jangan bilang ini ke siapa-siapa, kalau lo mau adik lo hidup!" Pria itu memberikan perintah yang tak ingin di bantah oleh Renata.

Renata hanya bisa mengangguk sembari meneteskan air mata. Apa yang harus ia lakukan? Ketika dua orang yang ia sayangi terancam seperti ini, maka yang akan ia selamatkan adalah adiknya sendiri. Mobil itu pergi, meninggalkan Renata yang berdiri di jalan sembari menangis. Tiba-tiba mobil berwarna putih berhenti tepat di sampingnya. Ketika ia melihat siapa orang itu, maka Renata langsung memberi tahunya.

Setinggi Mimpi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang