Selalu ada saja masalah ketika kita lelah
Selalu ada salah yang membuat kita terjebak masalah.Senja sudah tak lagi menampakkan wujudnya. Hanya ada kesunyian juga kegelapan yang bisa ia rasakan. Suara adzan sudah tersampaikan sejak satu jam yang lalu. Anita nampak menggeliatkan tubuh, ketika ia merasa tidak nyaman. Ia menegakkan tubuhnya. Matanya mencoba untuk melihat dimana dirinya berada. Ini seperti di dalam mobil. Ketika ia menatap tangannya, ia sempat terkejut dan melepaskan tangan yang ia genggam begitu lama. Ia menoleh pada Andalas yang tengah tertidur di dasbor mobil.
"Lah, kok aku bisa sama Andalas. Perasaan tadi aku tidur di taman kampus." Anita terus merasakan hangatnya tangan Andalas yang masih terasa ditangannya, walau sudah terlepas.
Mata Anita menatap pada pria yang saat ini sedang tertidur pulas. Ia menatap ke sekeliling mobil. Ini sudah berada di rumahnya. Kenapa Andalas yang mau membangunkannya saja? Ia bingung dengan jalan pikiran pria itu. Anita mengeluarkan ponsel untuk melihat jam berapa sekarang. Jam sudah menunjukkan pukul 20.00 malam.
"Ya, Allah! Aku gak kerja!" teriak Anita dengan suara yang mampu membuat Andalas bangun dengan perasaan terkejut.
Andalas yang mendengar itu bangun. Ia menatap Anita dengan tatapan tajam. Ia menggerakkan badannya, ketika pegel ia rasakan. "Eh! Lo biasa aja kali. Gue kaget. Kalau gue mati gimana?" Andalas menatap tajam kearah Anita yang menutup mulutnya.
"Maaf, aku gak sengaja. Aku cuman terkejut," balas Anita merasa ketakutan.
Andalas pun mengedarkan pandangan. Ia menatap kearah luar. Ternyata hari sudah gelap. Sejauh ini dirinya tertidur? Kenapa ia bisa senyaman ini tidur berada di samping Anita? Bahkan ia rela tidur di mobil yang membuat seluruh tubuhnya merasa remuk seketika.
"Lo gak lihat gue masih tidur? Yang benar, dong. Gue ketiduran gara-gara lo." Andalas mengusap wajahnya secara kasar.
"Iya, aku minta maaf. Lagian siapa suruh bawa aku pulang? Aku gak minta sama sekali kok," tutur Anita membuat Andalas menahan kesal.
"Lo pikir gue rela, ninggalin cewek yang gue suka tidur di taman sekolah? Kaya orang gelandangan gitu! Gue gak mungkin ninggalin lo!" pekik Andalas dengan rasa kesal, tak menyadari apa yang ia rasakan.
Anita diam terpaku. Suka? Jadi selama ini Andalas menyimpan rasa padanya? Ia tak tahu harus bagaimana sekarang. Bahkan ia merasakan pipinya merah. Ada apa dengannya? Kenapa ia berdegup kencang seperti ini.
Andalas yang melihat sorot terkejut milik Anita segera menormalkan ucapannya. Ia menyadari apa yang ia ucapkan. Ini bodoh baginya. "Maksud gue, gue gak mau lo dianggap gelandangan. Jangan bawa perasaan, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Setinggi Mimpi (Completed)
Fiksi PenggemarAku hanyalah seorang gadis desa, yang bermimpi untuk bertemu dengan Ibuku. Ibuku seorang artis terkenal di kota. Empat belas tahun sudah, aku dan dia tak berjumpa. Jarak selalu memisahkan kita berdua. Rindu ini semakin menjadi, ketika aku membutuhka...