Apapun akan kulakukan
Demi mendapatkan dirimu
Mendapatkan cintamu
Walau kau harus hancur.Suasana cafe sangat ramai saat ini. Sore hari dijadikan sebagai tempat dimana anak muda mengobrol santai di cafe. Cafe yang bergaya klasik, mampu membuat para pengunjung merasakan interior zaman dahulu, sebelum perkembangan teknologi pesat seperti sekarang ini. Meja yang terbuat dari kayu, lampu yang klasik, juga berbagai pernak pernik lain menambah daya tarik dari cafe tersebut.
Pengunjung cafe yang sangat banyak membuat Anita kewalahan. Jujur jika ia diizinkan untuk libur, maka ia akan beristirahat sejenak. Bagaimana tidak? Kondisi tangan kanannya masih tak pulih, walau kejadian itu sudah berlalu. Rasa nyeri yang timbul membuat ia harus membuat ia harus kuat melawan rintihan yang akan keluar.
"Udah biar mbak aja, ya," ucap Rani yang ingin mengambil alih mengantarkan makanan.
Anita pun menggeleng. "Tidak usah, mbak. Biar Anita saja."
Akhirnya Rani pun mengiyakan. Matanya terus saja mengamati kinerja Anita yang kurang maksimal. Anita terus melangkahkan kakinya menuju meja nomor empat, dimana pengunjung itu memesan kopi juga mie terbang. Entah ada apa dengannya, tangannya yang ingin menaruh kopi itu diatas meja, justru berbanding terbalik dengan apa yang ia harapkan. Kopi itu tumpah tepat di celana pengunjung pria.
Pria itu tersentak kaget, ketika kopi panas mengenai celananya. Ia berdiri dan mendorong Anita hingga terjatuh. "Lo bisa kerja gak, sih? Punya mata gak! Panas, nih." Pria itu berusaha untuk mengipas-ngipas area yang terkena tumpahan kopi panas itu.
Rani yang melihat itu menghampiri pengunjung itu. Ia membantu Anita, kemudian menatap takut pada pengunjung cafe itu. "Maaf, Anita gak bermaksud untuk tumpahkan kopi itu kok, Mas. Tangannya masih sakit, jadi kinerjanya sedikit menurun."
"Alah! Saya gak mau tahu. Celana kerja saya ada noda kopi, saya harus kerja lagi! Kalau masih sakit, mending gak usah kerja lo!" Pria itu menunjuk Anita dengan tatapan siap menerjangnya.
Pengunjung cafe memusatkan perhatian pada kasus ini. Banyak dari mereka yang merasa kasihan, namun kebanyakan sangat menyanyang kan kinerja gadis yang kurang optimal itu. Harusnya walau sedang sakit, pelayan harus bisa optimal dalam berkerja.
"Maaf, saya bener-bener gak sengaja. Tangan saya kurang baik. Saya ganti ya, Mas." Anita mencoba untuk membujuk pelanggan itu dengan nada yang bergetar.
"Gak sengaja? Lo udah gak waras? Tumpahkan kopi panas di celana gue." Pria itu kembali mendorong Anita, membuat tubuh Anita terhenyuh. "Panggil manager cafe ini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Setinggi Mimpi (Completed)
FanficAku hanyalah seorang gadis desa, yang bermimpi untuk bertemu dengan Ibuku. Ibuku seorang artis terkenal di kota. Empat belas tahun sudah, aku dan dia tak berjumpa. Jarak selalu memisahkan kita berdua. Rindu ini semakin menjadi, ketika aku membutuhka...