|BAB 12| Pertemuan

1K 103 57
                                    

Saat tidak ada jawaban yang muncul di dalam benak, mungkin kau diminta untuk beristirahat sejenak.

Udara dingin menyapa kulit seorang wanita, membuat wanita itu harus mempererat gosokan tangan untuk menghangatkan tubuhnya. Ia yang hanya menggunakan kaos panjang, merasa kedinginan ketika masuk kedalam sebuah restauran yang sangat besar. Matanya terus menjelajahi seluruh sudut yang ada di restauran itu.

Banyaknya pengunjung, juga yang rata-rata keluarga, membuat ia terus menatapnya. Apa jika ada ibunya, ia bisa seperti keluarga yang ada di sebrang sana? Bercengkrama dan saling mengungkapkan keluh kesah. Senyuman terbit ketika hatinya tengah gundah.

"Woy! Ngelamun mulu!" sentak Andalas yang mengalihkan pandangannya pada wanita itu.

Anita menoleh dengan raut wajah terkejutnya. "Bisa gak kagetin? Bisa jantungan aku." Anita mengelus dadanya yang naik turun.

Andalas hanya memicingkan mata. "Bodo. Lo punya kebiasaan ngelamun, ya? Gue sering liat lo gitu. Restauran ini kurang nyaman buat lo? Kita bisa ganti, kok."

Anita yang mendengar itu membulatkan matanya. Bagaimana bisa? Makanan sudah di pesan, dengan seenaknya mereka pergi begitu saja? Ini tidak benar. Lagian restauran ini membuatnya nyaman. Hanya saja AC yang terlalu dingin, membuat ia sedikit meremang kedinginan.

Interior yang ada di restauran ini sangat kental dengan adat Jawa. Banyak lukisan batik, atap yang terbuat dari kayu, juga ukiran Jawa yang ada, pertanda bahwa konsep restauran ini Jawa klasik. Tentu saja ia nyaman.

"Jangan. Aku nyaman, kok." Anita pun menatap ke Andalas. "Makanan juga udah di pesan. Jangan suka gitu."

Andalas pun tersenyum miring. "Kalau soal makanan, tenang aja. Anak orang kaya, bebas untuk ganti sana sini. Sultan biasa." Andalas pun membanggakan dirinya sendiri.

"Walau kita sekarang kaya, apa kita pantas menyia-nyiakan makanan begitu saja? Masih ada saudara kita di luar sana, yang untuk makan pun susah. Jangan suka sombong, karena itu hal yang tidak baik." Anita memberikan penjelasan tentang sikap Andalas yang suka semena-mena.

Andalas pun terdiam. Otaknya berfungsi mencerna kata demi kata yang keluar dari bibir gadis itu. Apa ia terlihat seperti itu? Padahal itu memang benar faktanya. Ia bisa membeli restauran ini jika ia mau. Mamanya yang seorang artis, juga papa yang memiliki perusahaan banyak, membuat ia hidup dengan bergelimang harta. Apa yang salah dengan omongannya? Gadis ini selalu saja menyangkal apa yang ia katakan.

"Lo gak percaya? Harta gue ini banyak. Gue gak bohong, atau bermaksud sombong." Andalas bersedekap dada.

Anita pun menggelengkan kepala. Baginya apa yang terlalu penting dari harta? Harta tak bisa di bawa kemana-mana. Ia bahkan tak tahu, kenapa pria itu berkata seperti ini. Menurutnya ini sangat sombong.

"Iya, terserah kamu saja." Anita pun membuang muka kearah jendela, yang menampilkan pemandangan luar dari restauran tersebut.

Mereka pun terdiam, dalam kebisuan yang abadi. Andalas yang sibuk dengan kamera, juga Anita yang terus melihat pemandangan luar membuat tak ada yang bersuara. Tiba-tiba pelayan yang datang, membuat mereka menoleh kearah sumber suara, menghentikan semua aktivitas yang ada.

"Ini makanan yang telah di pesan. Ada ayam rica-rica, saus Padang, nasi liwet, juga ayam bakar. Untuk minuman es kelapa, juga jus buah naga. Silahkan dimakan." Pelayan itu pun menaruh makanan satu persatu sembari menjelaskan, membuat Anita diam terpaku.

Setinggi Mimpi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang