|BAB 35| Kedatangan

1K 76 24
                                    

Disaat semuanya sudah baik-baik saja, kenapa satu emosi bisa merubah segalanya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disaat semuanya sudah baik-baik saja, kenapa satu emosi bisa merubah segalanya?

Malam ini udara cukup dingin. Walau mereka sudah masuk kedalam mobil, tapi udara itu masih terasa dingin. Sepanjang perjalanan, tak ada yang saling bersuara. Hanya kebisuan yang membuat mereka diam dan fokus pada pikirannya. Hingga secara tiba-tiba, Andalas memberhentikan mobilnya pada salah satu kios pedagang malam di trotoar jalan.

"Mau apa?" tanya Anita yang melihat Andalas sudah siap-siap turun.

"Gue lapar. Mampir dulu. Kita makan." Andalas kemudian turun, menghampiri salah satu pedagang sate yang sudah eksis berjualan.

Anita yang kebetulan merasa lapar, ikut turun dan menghampiri Andalas. Anita duduk di hadapan Andalas. Rasa canggung menyelimuti hatinya.

"Bang, sate dua porsi." Andalas memesan sate pada pedagang.

"Siap, tunggu sebentar." Pedagang yang memang sudah hafal dengan kesukaan sate Andalas pun segera membuatkan.

Andalas yang sibuk dengan ponselnya, membuat Anita menatap pemandangan jalan. Ternyata ketika malam hari, kondisi jalan masih saja terlihat ramai. Beda sekali dengan desa, yang biasanya sudah terlihat sangat sepi. Jakarta memang beda dengan desanya. Anita pun menatap rembulan yang bersinar terang. Dulu ketika ia di desa, Anita selalu mengutarakan rasa dan apa yang ia pikirkan pada rembulan. Sekarang ia tak mau berkeluh kesah, karena ia sudah mendapatkan jawabannya.

"Anita, lo gak makan? Lo lihat apa, sih?" tanya Andalas.

Anita hanya diam dan terus saja memperhatikan bulan yang bersinar terang. Andalas yang paham segera memegang tangan Anita. "Makan."

Anita yang merasakan sentuhan hangat di tangannya memusatkan perhatian pada tangan yang masih ada di atas tangannya. Anita terkejut, ketika tangan itu millik Andalas. Ia segera menarik tangannya dan duduk gusar. Bagaimana jika perasaan itu muncul kembali? Bagaimana jika Renata tahu kejadian tadi?

"Jangan pegang-pegang, aku takut Renata salah paham," ujar Anita membuat Andalas tertawa.

"Kenapa? Memang benar." Anita tak suka, jika Andalas menganggap remeh.

"Lo kakak gue. Gak mungkin dia cemburu. Sekarang gue udah move on, walaupun susah. Anggap pengungkapan cinta gue ke lo, gak pernah terjadi sebelumnya. Jangan canggung gitu, gue mau kita dekat sebagai kakak dan Adik. Gue harap, lo bisa lupakan rasa cinta, jika ada." Andalas pun mengakhiri hubungan mereka.

Andalas sudah sadar sekarang. Perkataan Renata memang benar. Takdir tak pernah salah, mungkin jika ia tak memiliki Anita, setidaknya ia bisa merasakan kasih sayang seorang kakak dari Anita. Cinta tak lagi ada untuk Anita. Sekarang ia mulai memahami, bahwa keegoisan bisa saja menghancurkan satu keluarga.

Setinggi Mimpi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang