|BAB 23| Sudah Terjadi

870 82 17
                                    

Ketika ada hal yang ingin tutupi, justru terbongkar dan sangat menyesakan hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika ada hal yang ingin tutupi, justru terbongkar dan sangat menyesakan hati.

Suasana ruang keluarga begitu mencengkam bagi Zola. Bagaimana tidak? Suaminya berniat ingin membicarakan sesuatu hal dengannya. Ia yakin, bahwa ini menyangkut dengan keberadaan Anita. Suaminya mempunyai berbagai macam orang suruhan. Ia yakin, keberadaan Anita mudah untuk ditebak suaminya.

"Apa dia sudah menemui dirimu?" tanya Rian sembari membaca surat kabar.

Zola sudah menebak, bahwa hal ini pasti akan terjadi. Suaminya ini bukan orang yang sembarangan. "Sudah mas. Aku tak menyangka dia akan kemari."

Rian menaruh surat kabar itu. Matanya yang begitu tajam menatap kearah Zola yang menjawab pertanyaannya begitu santai. "Aku tidak butuh pandangan kamu. Kenapa kamu biarkan dia kemari? Apa kau sudah lupa dengan janji kita, Zola?" Rian bertanya sembari menahan segala emosi yang ada.

Zola tersentak kaget mendengar nada bicara yang penuh akan penekanan itu. Ia tahu, bahwa suaminya sedang berada di ujung kemarahan yang tak kasap mata. Ia juga tak tahu kenapa gadis itu bisa menemui dirinya begitu saja.

"Aku tidak melupakan janji itu, Mas. Aku benar-benar tak tahu, jika gadis itu berniat menemuiku. Ini diluar ekspektasi aku." Zola berusaha untuk menjawab apa adanya.

Rian yang mendengar itu hanya bisa bergemelutuk gigi. Kenapa orang kampung akan merusak kebahagiaan yang ia punya? Dulu istrinya itu sudah berjanji, bahwa akan melupakan semua kenangan masa lalunya, tapi kenapa anaknya justru menemuinya? Ia tak terima.

"Kau sudah membohongi aku, Zola. Kau bilang, anak itu sudah tiada." Rian tersenyum miring. "Aku baru saja melihat dia bersama anak kita! Apa kau sudah gila? Membohongi suami dan melibatkan anak kita untuk bersamanya?" Rian bertanya sembari membanting surat kabar di atas meja.

Zola memberanikan diri untuk menatap iris mata yang begitu tajam itu. Apa? Anak? Maksudnya apa? Ia tak mengerti apa yang dikatakan oleh suaminya itu.

"Maksudnya?" tanya Zola dengan degup jantung yang begitu cepat.

Rian tahu bahwa Zola tak akan tahu dengan ini. Yang ada dipikiran istrinya itu hanya karier saja. Jelas ia tak terima. Baru saja ia mendapatkan laporan, bahwa Andalas bersama gadis itu. Tipu muslihat apa yang telah dilakukan oleh istrinya dibelakangnya? Ini sangat mengancam dirinya.

"Kau terlalu sibuk dengan karier artis itu. Apa kau tak tahu, bahwa Andalas yang selama ini menjaga dia disini? Bagaimana ini bisa terjadi Zola! Apa yang telah kau lakukan di belakang ku! Kau membohongi diriku!" teriak Rian sembari menarik tangan Zola begitu kuat. Ia menyalurkan emosi yang ada, dengan mencengkeram dagu istrinya begitu kuat.

Zola tak bisa berbuat apa-apa. Jujur ia terkejut mendengar penuturan itu. Apa Andalas yang membuat misinya gagal seketika? Apa wanita yang selalu Andalas ceritakan adalah Anita? Jika benar, ini akan membuatnya gila.

"Demi Allah, aku tak mungkin berkhianat denganmu. Aku tak tau, bahwa Andalas bersama Anita. Aku tak akan berkhianat denganmu." Zola menahan sakit di dagunya.

Rian semakin kabut oleh kemarahan. Ia tak terima pengkhianatan, setelah apa yang ia lakukan untuk Zola. Ia pikir, kariernya saat ini karena siapa? Karena dirinya. "Kau saja bisa mengkhianati mantan suamimu di desa, ada kemungkinan untuk kau mengkhianati diriku juga. Kau terlalu mementingkan karier artis yang tak bisa membuat kamu kaya seperti sekarang!" Rian menghempaskan cengkraman itu begitu kuat, membuat tubuh Zola sedikit terhenyak.

"Karier artis itu sangat penting bagiku, Mas. Itu adalah mimpi terbesar bagiku. Jangan salahkan karier. Salahkan aku saja," lirih Zola sembari menatap Rian.

Plak

Rian yang mendengar itu segera menampar Zola begitu keras dengan tangannya sendiri. Bagaimana bisa karier lebih penting? Bahkan ia sudah berkeluarga.

"Kau pikir, karier mu ini karena siapa? Karena aku. Kalau bukan karena kamu menikah denganku, kau tak akan pernah menjadi artis seperti sekarang! Orang desa tak usah banyak gaya! Kau pikir aku tidak bisa menghancurkan karier mu sekarang juga? Kau itu wanita tak tahu diri. Kenapa kau biarkan gadis itu berada di sekeliling kita, Zola!" Kemarahan Rian semakin menjadi-jadi.

Zola hanya bisa menangis mendapatkan tamparan itu. Hatinya sakit, bersamaan dengan rasa sesak yang membuat ia terluka. Kenapa ia harus seperti ini, karena gadis itu? Baru kali ini ia merasakan kemarahan dari Rian yang tak pernah di duga sebelumnya. Ini semua karena Anita. Ia harus membunuh anak itu.

"Mas, aku mohon jangan hentikan karier yang aku punya sekarang. Aku tak akan membiarkan wanita itu berada di dekat anak kita lagi. Aku akan memusnahkan gadis itu dengan tanganku sendiri. Bahkan jika aku dipenjara, setidaknya aku sudah menempati janji padamu. Aku hanya sayang sama, Mas. Tak ada yang lain lagi. Bahkan kehidupan desa dan masa lalu sudah aku lupakan semenjak empat belas tahun yang lalu. Percayalah. Aku tak akan mengkhianati mu. Aku hanya membutuhkan waktu, agar aku bisa membunuh gadis itu dengan tanganku sendiri." Zola menjelaskan sembari menggenggam tangan Rian erat, meneteskan air mata kepedihan yang ia punya.

Zola meratapi nasib. Ketika bahagia sudah didepan mata, kenapa kenangan yang harus membuatnya terluka? Ia tak ingin kehilangan semuanya. Cukup sudah ia hidup tak bahagia. Kali ini ia tak akan biarkan luka, amarah, dan kenangan nyata bersemayam di dalam hati suaminya. Ia sudah cukup bahagia kal ini.

"Mas, maafkan aku," ucap Zola sembari mencium tangan suaminya dengan air mata yang menetes.

Rian terdiam. Ia bahkan tak tega untuk melakukan ini semua, tapi ia tak akan biarkan Zola mengkhianati dirinya juga. "Pisahkan mereka, maka aku akan memaafkan dirimu. Aku butuh waktu untuk memperbaiki ini semua. Aku akan pergi dinas keluar kota. Aku harap setelah kepergian diriku, masalah ini akan sirna." Rian melepaskan genggaman tangan Zola, pergi begitu saja tanpa kecupan manis yang selalu membuat dirinya bahagia.

"Mas!" panggil Zola mencoba untuk mengejar, tapi Rian tak memperdulikan dirinya.

Bersamaan dengan kepergian sang suami, ada mobil hitam yang terparkir tepat didepannya. Mengetahui siapa yang datang, Zola segera menghapus air matanya. Ia berusaha untuk terlihat baik-baik saja, walau pertengkaran hebat telah terjadi sebelumnya.

Andalas pun menghampiri sang mama dengan raut wajah yang tak bisa terbaca. "Ma, papa mau kemana?" Andalas belum menyadari tetesan air mata yang kembali keluar dari kelopak mata Zola.

Zola mencoba untuk menghela napas. "Papa keluar kota." Zola menjawab sembari menatap manik mata anaknya.

"Ma, mama baik-baik saja? Siapa yang buat mama nangis? Bilang sama Andalas, ma." Andalas langsung memeluk sang mama, ketika isakan lolos dari wanita ia sayang.

Apa yang sudah terjadi? Kenapa sang mama menangis seperti itu? Apa masalah ini ada sangkut pautnya dengan kepergian sang papa? Entah lah. Ia tak dapat menduga apa yang baru saja terjadi antara orang tuanya. Yang bisa ia lakukan sekarang hanya berusaha untuk membuat sang mama tenang dalam dekapan hangat miliknya.

#TBC

Part kali ini gimana?

Give me VOTMENT PLEASE 💜

Jangan lupa follow akun wattpad aku ya. See you.

Setinggi Mimpi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang