|BAB 24| Ketika Kau Tak Tahu

838 88 25
                                    

Kebohongan itu seperti sebuah pisau, tajam akan menembus apapun yang bisa ia lalui

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kebohongan itu seperti sebuah pisau, tajam akan menembus apapun yang bisa ia lalui.

Malam ini udara cukup dingin. Hempasan angin yang mengenai wajah dapat terasa begitu kuat. Mata hitam legam itu terus mengarah pada pemandangan komplek sekitar, dimana lampu-lampu rumah sudah tak lagi menyala. Wajar saja, mungkin mereka sudah tertidur pulas. Kenapa ia tak tenang seperti ini? Ketika suasana cemas dan takut menjadi satu, hanya keteguhan yang bisa ia rasakan.

Andalas tak tahu perasaan semacam apa yang ia rasakan saat ini, tapi melihat Anita yang menolak dirinya secara tak langsung, membuat ia tak bisa berkata-kata. Apa ia salah jika mencintai gadis itu? Toh, ia tak akan merebut semua mimpi yang sudah tersusun rapi. Ia bukan pria jahat, yang menggagalkan mimpi dari seorang wanita.

Sibuk dengan pemikiran, membuat ia tak sadar dengan keberadaan seseorang. Elusan di bahu membuat ia menoleh, tepat pada Zola yang sedang menatapnya juga. "Mama, belum tidur?"

Zola menghentikan aksinya. Diliriknya kursi yang berada di depan sang anak. Perlahan namun pasti, Zola sudah terduduk menatap sang anak yang tengah tersenyum pada dirinya.

"Kita ngobrol bentar mau?" tanya Zola berusaha untuk menutupi segalanya.

Andalas yang mendengar itu tentu dengan senang hati akan ia lakukan. Sudah lama sekali ia ingin mengobrol lama seperti saat ini. Mamanya terlalu sibuk, sehingga ia tak bisa menuntut lebih untuk bercerita.

"Boleh, ma. Malah Andalas sangat senang," jawab Andalas sembari menatap Zola.

Zola hanya bisa tersenyum. Senyuman yang menyembunyikan ribuan rencana di dalamnya. "Apa gadis yang pernah kau cerita bernama Anita? Gadis kampung yang merantau ke Jakarta?" Zola mulai bertanya untuk memastikan langkahnya.

Andalas terkesima. Bagaimana bisa mamanya tahu tentang Anita? Bahkan ia belum pernah menyebutkan nama itu. Ini sungguh luar biasa. "Apa mama peramal? Bahkan Andalas tak pernah menyebut nama Anita di depan mama."

"Jadi, apa benar nama dia Anita?" tanya Zola menarik napas panjang.

"Iya, ma. Dia Anita, gadis yang sekarang menduduki hati Andalas, karena kepolosan juga kecantikan yang begitu natural." Andalas menjabarkan bagaimana ia suka dengan Anita dengan ekspresi yang begitu tenang.

Deg

Napas Zola seakan tak bisa berhembus lagi. Jantung seakan berhenti sejenak. Bahkan matanya pun ikut membulat. Apa ini benar-benar nyata? Apa ia tak lagi mimpi? Jika ini nyata, tolong pisahkan ia dengan keadaan yang seperti ini. Tanpa sadar Zola memegang dadanya, menahan segala gemuruh amarah, kecewa, dan luka yang bersemayam di dalam hati.

Setinggi Mimpi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang