|BAB 20| Laporan Satu Malam

841 86 18
                                    

Jangan menyerah kalau masih bisa berjuang, jangan putus asa kalau masih bisa bertahan, hidup itu pilihan bukan pelarian yang berujung pada siksaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan menyerah kalau masih bisa berjuang, jangan putus asa kalau masih bisa bertahan, hidup itu pilihan bukan pelarian yang berujung pada siksaan.

Menyerah bukan tipe dirinya, bertahan dan terus melanjutkan adalah tugas dari Anita. Seberat dan sesakit apapun hidup yang ia jalani, ia harus tetap berdiri. Menyerah berarti kalah pada keadaan. Hidup hanya satu kali, kalau kita menyerah sebelum berjuang, maka kesempatan tak akan bisa diulang. Rasa lelah yang membuat ia harus menahan kantuk, ia pertahankan agar tetap terbuka matanya. Bahkan ia membuat secangkir kopi untuk menghalau rasa kantuk yang ada.

Anita saat ini tengah mengerjakan laporan biologi yang harus di kumpul besok. Laptop yang diberikan oleh Renata sangat berguna bagi dirinya. Sepulang bekerja, ia lanjut dengan mengerjakan laporan yang ada. Bahkan jam dinding sudah menunjukkan pukul 09.00 malam. Seharusnya ia sudah tertidur saat ini, tapi ada pekerjaan lain yang harus ia kerjakan.

"Ya, Allah, pendahuluan akeh banget. Iso rampung rak jal," keluh Anita sembari mengetik laporan.

Anita membaca contoh laporan dengan sangat teliti. Baginya kerja hanya satu kali, tak perlu dua kali yang menyebabkan semangat patah. Target malam ini harus selesai.

"Ini bagian organ tubuh masuk dalam pembahasan, banyak juga," celoteh Anita kembali.

Malam ini ia hanya bisa berjuang sendiri. Ia paham situasi saat ini. Hidup sendiri harus membuat ia bangkit, bukan justru sebaliknya. Tak mungkin ia mengeluh pada keadaan. Ia sudah memilih untuk terus melangkah, tanpa memikirkan resiko kedepannya. Ia hanya ingin semua yang ia cita-citakan tercapai dan tak ada hambatan satu pun.

Setelah berjam-jam lamanya ia mengerjakan laporan itu, ia menoleh tepat pada jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 01.00 malam. Anita melebarkan matanya terkejut. Besok ia ada kuliah pukul 08.00 pagi. Ia harus cepat-cepat mengirimkan file itu pada dosen, agar ia bisa tidur dengan nyaman.

"Alhamdulillah, akhirnya selesai." Anita menutup laptop, menguap dan meregangkan badan sedikit. Tak lama dari itu, ia ambruk di meja yang ia gunakan sebagai alas menopang kepalanya.

***

Rutinitas memang tak bisa di pisahkan dari tubuh kita, jika sudah melekat didalamnya. Seperti Anita yang saat ini dengan gontai dan menahan rasa kantuk menuju ke lift yang masih berada jauh dari keberadaannya saat ini. Berkali-kali ia harus menguap, dengan mata yang sayu. Ada lingkaran hitam yang menjadi pertanda, bahwa ia tak tidur semalaman. Anita memencet tombol lift, tak lama setelah itu, Lift pun terbuka. Anita yang memang tak menyadari ada orang yang masuk kedalamnya hanya bisa menyenderkan tubuhnya juga memejamkan matanya sebentar, berusaha untuk menghalau rasa kantuk yang ada.

Setinggi Mimpi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang