13. That Was a Dream

825 74 3
                                    

Berbeda tempat, maka berbeda pula ceritanya.

Seorang pria berperawakan tinggi tegap tampak kacau. Rambut cokelatnya di acak berkali-kali hingga mencuat ke atas. But, no shade, dia tetap terlihat tampan. Layar televisi masih menyala dan menampilkan berita skandal. Tablet berukuran tiga inchinya juga masih menampilkan artikel yang baru saja dirilis dan ramai diperbincangkan.

"Sial!" Umpat pria itu.

Tanpa banyak berpikir lagi, ia menyambar jaket hitamnya. Menyamarkan diri dengan masker dan topi setelah mengirimkan pesan singkat. Tujuannya saat ini hanya satu. Berbincang pada seseorang yang terlibat skandal dengannya dan mengajaknya berunding untuk menepis skandal ini.

Penerima : Park Chaeyoung
Aku ke dorm, bersiaplah -
9.25 PM ✅

.

.

Seorang gadis cantik bersurai pirang dengan setelan kasual santai tampak mengeratkan hoodie berwarna hitamnya untuk menghalau hawa dingin angin malam di luar. Senyum lebar di balik masker membuat matanya menyipit, siapapun yang melihatnya saat ini dapat dengan mudah menebak bahwa dia tengah tersenyum.

Sebenarnya hal yang membuatnya tersenyum lebar ialah, sang mantan kekasih yang juga terlibat skandal kencan ini mengirimkannya pesan singkat. Benar-benar singkat dan on point. Tapi Rosé tak memedulikan, selama dia masih mau bertukar obrolan dan bertatap wajah sesekali, Rosé merasa segalanya akan baik-baik saja.

To be honest, Rosé sangat, sangat merindukan kehadiran sang mantan kekasih.

"Hey, kau sudah menunggu lama?"

Ah! That voice! Rosé segera mendongakkan kepala dengan semangat lalu menggeleng. "Chanyeol oppa?"

"Ya. Ayo bicara. Aku tidak punya banyak waktu. Kau juga sibuk, kan?" Chanyeol berbalik, meninggalkan Rosé yang masih mematung.

Walau intonasi suaranya terdengar dingin dan tidak bersahabat, Rosé tak peduli. Setidaknya ia bisa bertukar obrolan sebentar dan---dapat memerhatikan punggung lebarnya. Tidak masalah jika ia ditinggalkan dan tidak bisa menatap figurnya lebih jelas, setidaknya pria itu masih berada di sisinya. Astaga, aku merindukanmu, batinnya kembali berteriak.

Keduanya berhenti dan memilih untuk duduk di tempat sepi. Tak ada kopi panas yang menemani, atau senyuman tipis dan rona merah menjalar di pipi seperti dulu. Hanya ada semilir angin dingin yang menusuk epidermis dan ada jarak di tengah kursi. Siapapun yang melihat mereka sekarang, pasti akan dapat dengan mudah menebak bahwa mereka adalah pasangan yang tengah bertengkar. Well, memang begitu kenyataannya.

"Aku tidak ingin banyak bicara padamu dan langsung pada intinya." Chanyeol menjadi orang pertama yang membuka suara. Ia menoleh, "karena kita sama-sama sibuk. Tak masalah, kan? Aku butuh bantuanmu."

Rosé tersentak, lalu menoleh. Sepasang mata mereka bertemu. Rosé masih merasakan darahnya berdesir, meskipun pria itu menatapnya datar. "Bantuan apa?" Rosé membalasnya dengan tak kalah dingin. "Skandal kencan? Memang benar, kan?"

"Ya, itu dulu. Sekarang kita sudah berakhir. Ayo buat klarifikasinya dan tepis skandal kencan itu!"

Rosé menggigit pipi bagian dalam. "Untuk apa?"

Against My Will | NCT's LUCASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang