20.

1.3K 206 32
                                        

Ternyata didalam buah itu terdapat buah apel. Ya ampun apel lagi apel lagi. "Coba kamu rasain," pintaku pada Arka. Dia mengambil salah satu apel itu. Dia menggigitnya, namun mukanya langsung berubah. Dia melepehkan makanan yang sudah ada dimulutnya.

"Kenapa, rasa apa?" Tanyaku penasaran.

"Rasa bawang, mendingan apel ini buat bumbu ikan ini aja." Ucap Arka. Aku tertawa. "Coba buah yang lainnya, siapa tau bisa buat bumbu tambahan." Ejekku pada Arka.

Kami membuka satu persatu buah yang telah dipetik Arka tadi. Setiap buah memiliki isi dan rasa yang berbeda beda. Ada yang mangga rasa pisang, lansat rasa cabai, jahe rasa durian. Sungguh aneh dan antara rasa sama fisik gak ada yang nyambung.

"Arka, liat ini. Yang ini berbeda." Arka berjalan menujuku melihat apa yang baru saja aku lihat. "loh kok yang ini isinya perhiasan, bukannya yang lain isinya makanan semua?" Tanya Arka. Aku mengangkat bahu. Memang aneh sih. Aku mengambil perhiasan itu. Ternyata ada dua kalung berbandul hati dan daun waru. Akupun memberikan kalung daun waru kepada Arka. Dan kalung hati untukku, kebetulan sama dengan tanda lahirku.

"Ini, buat kamu. Aku pakein ya," Arka mengangguk, aku memakaikan kalung itu ke leher Arka.

"Sini punya kamu aku pakein," ucap Arka sambil tersenyum menampakkan lesung pipitnya. Membuat jantungku berdegup kencang. Dia terlihat sangat manis.

"Sekarang, kita bakar ikan. Arka kamu cari kayu ya, aku yang buat bumbu dari buah aneh ini." Suruhku pada Arka. Arka mengangguk dan berlalu pergi.

Aku mengambil buah buah aneh itu dan memotongnya dengan pisau milik Arka. Tak selang lama Arka datang membawa sebongkah kayu bakar. Kemudian ia menyalakan api.

Kami membakar ikan bersama. Keringat mengucur namun perut kami terus meronta untuk diberi asupan. Setelah matang, kami memakannya. Arka yang pertama mencoba. Namun ketika ia merasakan gigitan pertamanya, dahinya menyernyit.

"Kenapa, gak enak ya?" Tanyaku. Aku mengambil ikan bakar yang menggugah selera itu dan ikut memakannya.

Ketika lidahku merasakan apa yang dirasakan Arka. Aku langsung meludahkan ikan bakar itu.

"Kok rasanya gini ya?" Tanyaku tak mengerti.

"Tadi ikannya kamu kasih apa?" Tanya Arka.

"Itu, cuma aku kasih apel rasa bawang yang kamu makan tadi, kan enak kalau ada rasa bawangnya." Jelas ku.

"Oh, aku mengerti." Ucap Arka menggantung.

"Apa, tau apa?"

"Ternyata buah buah ini jika terkena panas dari api, rasanya akan sama seperti bentuknya." Ungkap Arka seraya memakan ikan yang agak asam itu.

Aku mengangguk, dan ikut memakan ikan bakar yang sudah susah payah Arka cari di sungai.

"Ka," Arka menoleh. "Kamu tau kan ini dunia sihir?" Arka mengangguk. "Kekuatanmu apa?" Tanyaku kepo.

Arka tersedak, aku menepuk nepuk punggungnya. "Maaf," ucapku lirih.

"Nggak papa, aku juga enggak tau apa kekuatanku. Sedangkan tanda lahirku berada di ubun ubun jadi tidak terlalu terlihat." Jelas Arka.

"Berarti kita sama dong, aku juga enggak tau apa kekuatanku, bentuk tanda lahirmu apa?" Tanyaku lagi.

"Daun waru, seperti kalung yang kamu berikan tadi."

"Kok bisa gitu ya, pohonnya tau tanda lahir kita,"

"Tunggu, tadi aku ngomong apa,"

"Apa, kamu juga gak tau apa kekuatanmu?"

"Bukan yang itu,"

"Pohon tau tanda lahir," belum selesai berbicara Arka memotong.

"Ya itu, menurut legenda, ada sebuah pohon yang tau segalanya. Dia dapat memberi tau segalanya lewat buahnya. Jangan jangan yang dimaksut adalah pohon ini?"

My Mysterious Magic (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang