53.

806 76 2
                                    

Bel pulang berbunyi semua membereskan alat tulisnya dan bersiap pulang. Aku dan Rara berjalan keluar.

"Eh Arka ada di sini. Mau pulang bareng aku," ucap Rara kecentilan membuatku menahan tawa.

Arka hanya terdiam aku menggandeng tangan Arka dan mengajaknya pergi.

"Jangan nikung sahabat dong," Rara berjalan di samping Arka.

Aku tak mempedulikannya, aku sengaja membuatnya kesal. Di gerbang keluar, Kara sudah memarkirkan mobilnya. Aku dan Arka masuk ke mobil, melupakan Rara yang mengikuti kami.

"Stop, kamu gak usah ikut ya Ra," ucapku menghentikan Rara yang akan masuk ke mobil.

"Kok kamu jahat sih Kar," Rara berjalan menghampiri Kara yang duduk di depan stir. "Kara, aku ikut ya, plis," Kara menengok ke belakang meminta persetujuan ku. Aku juga tak tau apa yang harus aku lakukan.

"Oke kamu boleh ikut, tapi ada satu syarat,"

"Apa?"

"Selama perjalanan mata kamu harus di tutup,"

"Mau kasih aku kejutan ya,"

Senyuman Rara terpancar, aku turun dari mobil pindah ke kursi depan. Sedangkan Rara duduk di belakang bersama Arka.

Setelah perjalanan beberapa menit menuju hutan kami melanjutkannya dengan berjalan kaki. Seringkali Rara mengeluh karna terlalu letih berjalan.

"Masih lama gak, pegel semua kaki ku," omel Rara sambil memegangi lututnya.

"Siapa juga yang nyuruh kamu ikut. Tau rasa kan," aku tertawa.

"Aku buka ya penutup matanya," Rara membuka penutup matanya. Dia terkejut karena kini dia tengah berada di tengah hutan.

"Ngapain kalian kesini, mau ngasih makan singa?" Tanya Rara terkejut.

"Kamu yang mau kami kasih ke singa." Ucap Kara datar yang terdengar menakutkan bagi Rara.

"Tutup lagi mata kamu. Katanya mau kejutan?" Godaku pada Rara.

"Tapi bukan untuk santapan singakan?" Rara kembali menutup matanya.

Hingga kami tiba pada suatu titik dimana kami mulai masuk ke dunia sihir. Pandangan berubah menjadi hitam sama seperti biasanya. Tak lama pemandangan berubah menjadi jalan setapak. Entah bagaimana bisa tempat masuk kami berbeda beda. Mungkin sudah diatur oleh Kara.

"Sekarang kamu buka,"

Rara membuka penutup matanya. Mulutnya menganga melihat hal yang belum pernah dia lihat. Seorang prajurit yang berkeliling, pegasus di mana mana. Keadaannya jauh berbeda dari perkotaan di bumi.

"Aku dimana?"

"Dunia fantasi," ucap Kara. Dia benar, kita bisa membohonginya. Tentu saja Rara tak akan percaya jika kami mengatakan hal yang sebenarnya. Kami berjalan menyusuri jalan, keadaan cukup ramai. Aku berjalan di depan bersama Kara sedangkan Rara berjalan berdampingan dengan Arka di belakang kami. Aktivitas mereka sangat padat, mungkin karena tersadarnya raja sihir hitam yang kini sudah menjadi dirinya sendiri. Bukan dirinya yang dirasuki oleh raja bayangan yang kejam.

"Kara, raja sihir hitam telah berubah ya, sekarang raut muka penduduknya berubah. Mereka terlihat bahagia dan tentram."

"Ayah, sebenarnya dia bukan raja sihir hitam,"

"Lalu siapa?"

"Raja Laksana, setelah sadar ayah menceritakan semuanya. Kau tahu bukan jika ayah di rasuki raja bayangan ketika aku masih kecil?"

Aku mengangguk.

My Mysterious Magic (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang