40.

813 91 4
                                        

Hari ini adalah hari pertama aku berangkat sekolah setelah dua bulan aku berada di duia sihir. Seharusnya aku tidak naik kelas mungkin karena terlalu lama meninggalkan sekolah, tapi entahlah bagaimana nanti jadinya ketika kenaikan kelas. Kami berangkat bertiga menaiki mobil dengan sopir pribadi. Kak Farel tidak sekolah di sekolah kami, dia memilih sekolah di STM.

Aku dan Rara turun dari mobil dan memasuki gerbang sekolah. Hari ini akan di adakan upacara bendera. Aku dan Rara memasuki kelas. Semua memandangku tajam, sama seperti dua bulan yang lalu. Tapi kali ini agak berbeda, mereka seperti terheran heran atas kedatanganku, seperti halnya jika mereka kedatangan orang asing. Jelas, sudah dua bulan kami tidak bertemu.

"Ra, itu Sekar?" Tanya Ayu teman sekelasku.

"Siapa lagi, heran ya. Dia sekarang cantik," Rara menjawab dengan ketus. Ayu tak menjawab langsung keluar kelas dengan wajah yang agak kesal karena perkataan Rara.

"Halah, paling juga oplas," celetuk siswi lain. Aku hanya menarik nafas panjang mendengar itu. Hatiku panas, entah apa mau mereka, aku jelek mereka ejek aku cupu. Aku lepas kaca mata dan terlihat cantik mereka bilang oplas.

"Udah Kar gak usah di dengerin. Kita ke lapangan yuk, upacaranya sudah mau di mulai." Aku mengangguk. Kami berdua berjalan beriringan menuju lapangan.

Upacara berjalan lancar, namun teriknya matahari membuat keringat terus mengucur. Empat puluh menit semua siswa dan siswi berdiri di lapangan. Dan untungnya empat puluh menit telah terlalui, semua kembali ke kelas. Namun ada juga yang pergi ke kantin untuk membeli minuman.

Aku dan Rara memutuskan pergi ke kelas saja. Rara tak mau ada orang lagi yang menghinaku. Aku menurutinya, kami duduk di tempat kami masing-masing. Keadaan kelas sepi, hanya ada kami berdua.

"Sepi amat di sini, pada kemana?" Seorang laki laki masuk ke kelasku. Terlihat jika dia adalah kakak kelas.

"Cari siapa kak?" Tanya Rara.

"Orangnya gak ada," lelaki itu menghampiri kami dan duduk di bangku di depan kami.

"Eh kok kayanya aku belum pernah liat kamu,"

"Bukankah kakak sekelas sama kak Tito, ini adiknya." Aku mencubit Rara karena mengatakan itu.

"Lah, Tito gak pernah cerita kalau dia punya adik secantik ini, aku Rio," dia menjulurkan tangannya. Aku membalas menyalami.

"Sekar,"

Gini ya ternyata jadi orang cantik. Dulu hanya aku dan keluargaku yang memujiku cantik karena mereka telah mengenalku sejak dulu. Tapi sekarang hanya karena aku sembuh dan melepas kaca mataku semua mengatakan kalau aku cantik. Tunggu tidak semua, ada juga yang mengira aku oplas.

"Nanti pulang sekolah kamu ada acara tidak, aku mau tanya tanya soal Tito. Sama ada urusan sedikit sama kamu. Kamu bisa?"

Aku menoleh ke arah Rara meminta izin. Rara mengangguk. "Iya," jawabku singkat.

"Nanti aku tunggu di gerbang sekolah. Kakak ke kelas dulu ya, gak enak sama temen temenmu yang baru datang."

Teman teman mulai kembali dari kantin. Lima menit kemudian pelajaran di mulai, aku sungguh tak mengerti apa yang diajarkan, aku tertinggal banyak mata pelajaran. Sampai pelajaran terakhirpun tidak ada satu pun materi yang aku pahami. Aku harus bekerja keras mengejar ketertinggalan. Tapi dua hari lagi Kara juga akan menjemputku. Entah mau kemana dia membawaku lagi. Mungkin ke dunia sihir.

My Mysterious Magic (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang