"Oh iya aku Farel," kakak Rara menyodorkan tangannya kepadaku. Aku menyuap satu sendok makanan dan menyalaminya.
"Sekar," aku menyuap satu sendok lagi. Lumayanlah rasanya, enak jika dibandingkan masakan laki laki pada umumnya.
"Aku baru sadar kalau kamu sudah tidak pakai kaca mata Kar,"
"Iya ra, di sembuhin sama kakaknya temen aku." Ucapku jujur.
"Siapa? Laki laki apa perempuan. Masih satu sekolah kah?" Rara menatapku serius. Menunggu mulutku membalas pertanyaannya.
"Laki laki, dia bukan orang sini. Aku ketemu waktu aku sampai di rumah saudaraku," ucapku bohong, aku yakin pasti kebohongan selanjutnya akan terucap. Bagaimana lagi, jika aku berkata jika aku baru saja dari dunia sihir, mana mungkin Rara percaya.
"Ganteng tidak, kenalin sama aku dong, aku juga pengen kali punya pacar kaya kamu,"
"Kamu udah punya pacar kar?" Tanya kak Farel.
"Punya, eh tapi sekarang sudah tidak,"
"Kalian putus?" Rara terkejut, aku hanya mengangguk.
"Padahalkan Kara tadi nganterin kamu kesini?" Lanjutnya.
Aku hanya mengangkat bahu dan meneruskan makan. Sekarang sudah pukul tujuh. Selesai makan Rara mengajakku menonton televisi seraya berbincang ringan.
"Eh ra, kamu ingat kejadian dua bulan lalu. Waktu sekolah kita di serang seseorang. Pelakunya sudah di tangkap. Entah bagaimana dia melakukan semua itu. Tapi dia mengakui jika dia mempunyai kekuatan," aku menoleh pada Rara tak percaya. Bukankah Kara pernah memberitahuku jika semua itu ulahnya.
"Kapan dia di tangkap?"
"Satu bulan yang lalu, aku juga kurang tau sih kenapa dia melakukan itu. Tapi ada rumor mengatakan jika dia ingin mengubah sekolah kita jadi perguruan sihirnya. Entahlah, itu tidak masuk akal,"
Aku terdiam, benarkah apa yang di katakan Rara? Jika benar, pasti ini bagian dari rencana Kara. Kara benar benar merencanakan semuanya dengan teliti. Beda denganku, satu rencana saja gagal, apa lagi rencana yang lainnya.
"Pada ngobrolin apa nih, kakak gabut nih," kak Farel menghampiri kami. Rambutnya acak acakan.
"Sono kakak nongkrong sama temen temen kakak, ini hanya antara sesama perempuan, kakak tidak boleh ikut ikutan,"
"Sekar bolehkan kakak ikut gabung," kak Farel tersenyum tulus.
"Bo boleh kak,"
"Loh kok boleh sih kar, kakak tidur aja sana," usir Rara.
"Baru jam segini, kakak belum ngantuk. Orang Sekarnya ngebolehin kok," Kak Farel duduk di sebelahku. Kami duduk berjejer bertiga di sebuah sofa.
"Kar, kamu beneran udah putus sama pacar kamu?" Kak Farel tiba tiba bertanya padaku.
"Iya kak," aku kembali menonton TV.
Sepertinya karena aku terlihat malas menjawab, kak Farel memutuskan untuk tidak bertanya lagi. Namun sangat terlihat, jika ada banyak pertanyaan yang ingin dia ajukan padaku.
"Kita ke kamar aja yuk Kar, males ada kakak di sini," aku mengangguk. Kak Farel terlihat kesal tapi dia hanya diam saja dan melanjutkan menonton TV.
"Ra aku baru sadar kalau kamu itu ternyata cantik,"
Pipiku memerah, baru kali ini Rara memujiku cantik. "Dari dulu kali, kamu aja yang gak sadar,"
"Idih, PD amat lu,"
"Dah ah aku mau tidur, besok sekolah," aku sudah mengantuk.
"Ini baru jam delapan, udah mau tidur aja," aku berdehem. Setelahnya aku sudah tak mendengar suara Rara. Aku telah tidur lelap, pasti Rara sudah marah marah, tapi biarkan saja. Aku sudah terlanjur mengantuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Mysterious Magic (Selesai)
FantasíaJudul awal: Si Kutu Buku Hidupku berubah setelah menemukan buku itu... Buku yang mengantarkanku pergi dari dunia yang selama ini ku anggap hanya satu-satunya didunia. Petualangan dimulai. Banyak korban berjatuhan. Akankah aku bisa menyelesaikan mas...