Enam belas

515 71 46
                                        

Seperti yang sudah-sudah, tradisi membuat kue yang diikuti oleh para istri di Komplek Hatari berlangsung setiap menjelang lebaran. Tahun ini, rumah Keluarga Jung menjadi tempat acara berlangsung. Jennie sudah siap dengan amunisi dan barang-barang yang mau dia pamerkan ke ibu-ibu. Namanya juga mother-mother, gak ghibah dan gak pamer ya, gak afdhol.

"Kak Nini ngapain make dress? Kan nanti kotor kalo bikin kue," celetuk Yeri yang tengah memolesi kuku-kuku jemari lentinya dengan cat pewarna kuku berwarna silver dan biru metalik. Tahun ini tema lebarannya Persib Viking Bobotoh katanya.

"Kamu sendiri ngapain kutekan? Kan mau bikin kue, nanti kotor sayang-sayang." Jennie membalas sembari mengikat cepol rambutnya ke atas. "Tahun ini tuh spesial, soalnya yang bikin kue bukan cuma ibu-ibu aja. Bapak-bapak sama anaknya juga bantu bikin kue."

"HAH? DEMI APA, KAK?!" Yeri berseru heboh. Lupa kalau sedang fokus megecat kukunya. "Berarti Yohan ikut dong??"

"Ya, pastilah, dia kan nurut banget sama bapak ibunya. Emangnya kamu," sindir Jennie. Yeri merengut sebal. Selalu saja membandingkan dia dengan anak lain.

"Kakak tuh ada rencana mau pake hijab tahun ini. Tapi masih bingung dan takut,” ucapnya tiba-tiba.

"Loh," Yeri menyahut heran, "kenapa?"

"Kamu tau 'kan gimana pandangan ibu-ibu sama keluarga kita? Soal kakak yang DJ, Aa' Jaewon yang atlit taekwondo doyan minum—ya meskipun sekarang udah enggak minum dan kakak udah gak jadi DJ lagi, tapi sebagian besar masih anggap kakak sama suami kaya gitu." Jennie menghela napas berat. "Terus soal ngajak kamu tinggal di sini dan dibilang gak ngawasin anak-anak karena ada kamu."

Yeri terdiam. Omongan Jennie menyentil sanubarinya. Yeri tahu, selentingan kabar miring mengenai keluarga mereka—keluarga Jennie tepatnya—selalu jadi topik hangat selain topik tante Seolhyun si flower widow-nya Hatari. Namanya juga manusia, ada yang beda dikit langsung dighibahin dan dirundung terus. Gak peduli apakah yang dibicarakan itu udah berubah lebih baik atau belum.

"Kak," Yeri menggamit kedua telapak Jennie. "Maafin gue karena sering nyusahin Kak Nini terus ya? Gue gak janji gak akan melakukan kesalahan lagi, cuman bisa janji kalo gue pasti gak akan biarin mereka nyakitin atau berani ngomongin keluarga kita lagi."

Jennie sempat kaget tetapi ujungnya dia memberi gummy smile-nya pada Yeri. "Iya, Yer. Kakak udah maafin kamu, maafin kakak juga ya? Dan soal omongan buruk itu, kakak percaya ada saatnya mereka kena batunya sendiri. Tuhan itu gak pernah tidur dan doa selalu jadi senjata paling ampuh dalam segala hal."

Mereka berdua berpelukan erat. Saling memberi kekuatan dan menyuarakan rasa satu sama lain.

...

"Assalamualaikum, Jennie!" Wendy selaku ibu negara komplek Hatari mengucapkan salam mewakili rombongan.

Yeri yang mengenakan kaos oversized, celana pendek dan celemek motif chelsea membukakan pintu. "Waalaikumsalam, selamat datang semuanya!" sapanya ceria lengkap dengan senyuman hangat.

Semua orang yang ada di rombongan heran juga kaget. Yeri si mulut berbisa dan sikap jutek luar binasanya kini menyapa mereka dengan senyum secerah bunga matahari? Memang benar bulan Ramadhan bulan keajaiban.

"Ayo, masuk, Kak Jennie udah nunggu di dalam." Yeri mengajak mereka masuk, bahkan merangkul Wendy dan menggandeng Minkyeung.

Mereka semua masuk dan disambut Jennie, Jaewon, dan kedua anak mereka; Hendery dan Hyunjin. Keempat orang itu juga mengenakan celemek seperti Yeri. Tentu saja ide itu tercetus dari Jennie dan Yeri, duoa kembang keluarga Jung.

Hatari | 99-00lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang