Tiga puluh

409 61 64
                                    

"Jadi, hasil kesepakatannya begitu, ya, bapak-bapak."

Pak RT malam ini memimpin pertemuan menjelang hari raya Idul Adha di rumahnya. Beberapa kesepakatan terkait pelaksanaan penyembelihan hewan kurban. Tahun ini Pak Jaehyun ikut menyumbang hewan kurban sebagai kenangan terakhir di Kompleks Hatari.

Yerin keluar dari dalam membawa senampan penuh jajanan pasar; Yeonjun di belakangnya mengikuti, membawa seteko kopi dan teh serta beberapa gelas. "Ini ya, bapak-bapak, jajanannya. Ada kopi sama teh juga, bisa dipilih." Yerin mengedarkan pandangan. "Mas Jaehyun denger-denger mau pindah, ya?"

Taehyung langsung menyenggol lengan sang istri sewot. Memberi kode agar tidak ikut campur pertemuan bapak-bapak itu.

"Loh, Mas Jaehyun mau pindah?" Mingyu memang beberapa minggu pergi ke luar kota, jadi tidak tahu kabar terbaru di kompleks. Padahal anaknya anggota geng tubir.

"Iya. Saya harus pindah tugas ke luar kota. Jaemin sama Jeno enggak mungkin ditinggal sendiri di rumah, jadi mama saya menawarkan untuk membawa mereka, kebetulan juga dekat sama kantor saya yang baru," jelas Jaehyun.

Tentu saja dalam hati bapak-bapak bersorak, karena para istri mereka akan aman dari serangan duren.

"Pak Minhyun, untuk mekanisme penempatan hewan kurbannya nanti bagaimana, ya? Tahu sendiri, kan, tahun lalu malah jadi ribet gitu. Anak-anak kasih makan hewannya jeli sama es teh," celetuk Sehun, mengingat tahun lalu anak-anak geng Kenji merusuh.

Minhyun tampak berpikir keras. Kelakuan anak-anak kompleks, minus princess tentu saja, tidak bisa diprediksi. Terkadang nyeleneh dan terkesan menguji iman, termasuk putranya sendiri. "Saya akan menugaskan beberapa remaja masjid untuk berjaga secara giliran."

Taehyung mengangguk paham. "Kalau anak buah Mark pasti bisa diandalkan."

"Atau bikin saja jam jaga malam seperti dulu." Kali ini Siwon tampak berwibawa dengan atasan polo putih dan celana linen hitam. Rambutnya disisir rapi seperti biasa.

Younghyun mengangguk setuju. "Saya setuju saja. Bulan ini kita sudah lama absen karena puasa dan Idul Fitri. Lagi pula, bapak-bapak di sini kebanyakan masuk kerja pada shift pagi dan siang 'kan?"

"Baik, kita bentuk lagi tim ronda malam. Ada pertanyaan atau usulan lebih lanjut yang hendak diutarakan sebelum pertemuan malam ini ditutup?" ujar Taehyung sambil menatap para peserta pertemuan.

Jimin mengangkat tangan. "Saya... sekalian mau berpamitan."

Mingyu dan Taeyong jelas kaget dengan pernyataan yang diucapkan Jimin. Setahu mereka—pendukung a.k.a fans Mbak Seolhyun —Jimin adalah garda terdepan jika menyangkut urusan si janda. Pengumuman kepindahannya sama sekali tidak cocok dengan citranya di Hatari itu.

"Oh iya, saya tahu ini terlalu mendadak. Tapi Seulgi hamil lagi dan ibu mertua saya meminta kami pindah." Jimin menggaruk belakang kepalanya sambil nyengir.

"Hoalah, bojomu ngisi maneh to tibake. Tak pikir mutung goro-goro awakmu nggudo rondo terus," celetuk Jaewon dengan tampang tak berdosa. (Hoalah, ternyata istrimu hamil lagi. Kupikir marah karena kamu sering menggoda janda.)

Mingyu menyodok rusuk Jaewon. Laki-laki bertampang bule tapi bahasanya jawa abis itu memang kadang suka enggak tahu diri.

Taehyung berdehem untuk mengalihkan topik. Takut nanti malam nyonya rumahnya marah lagi karena mendengar kata "janda" lagi. "Iya. Pak Jimin sudah mengabari saya dua hari lalu. Mendadak memang dan sangat disayangkan. Penduduk kompleks kita berkurang dua kepala keluarga."

"Nanti sering-sering kemari ya, Min. Kita, kan, udah kayak saudara sendiri." Chanyeol, si bapak pecinta kedamaian, menepuk bahu Jimin pelan. Jimin membalas dengan anggukan.

Hatari | 99-00lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang