"Iya, Om, tadi Hina emang ke sini. Tapi udah pulang."
"Kamu tadi liat keranjang warna pink yang isinya kutek enggak, Yut?" tanya Tante Jessica-ibu Mina. "Soalnya tadi habis kutekan di sini."
"Ada, Mbak, di ruang tengah. Tapi anaknya enggak ada, mana HP-nya ditinggal pula."
"Ke rumah Mamanya kali, Yut. Kamu hubungin Mamanya Hina dulu aja."
***
"Hina," sapa Yeonjun yang kebetulan lewat di depan rumahnya.
Hina yang hendak memasuki rumah menoleh dan membalas sapaan pemuda itu. "Hai, Kak Yeonjun. Mau ke mana?" tanya Hina berbasa-basi.
"Mau ke balai, ngobrol sama yang lain buat persiapan malam takbiran. Ikut, yuk! Masih jam segini juga," ucap Yeonjun sambil tersenyum lebar. Putra Ketua RT ini memang memiliki wajah yang ramah, sama seperti ayahnya. Tapi Hina tidak tau wujud aslinya seperti apa. "Di rumah pasti enggak ada orang."
"Boleh, deh. Bentar, ya, Kak! Aku ikut," ucap Hina lalu masuk ke dalam rumah untuk menaruh koleksi cat kuku miliknya. Tak berselang lama ia kembali muncul dengan rambut yang tidak lagi tergerai-sekarang sudah ia kuncir kuda.
Sepanjang perjalanan ke balai Yeonjun tidak berhenti menanyakan banyak hal tentang Hina bahkan hingga Papa Yuta. Hina jarang bersosialisasi dengan remaja kompleks, jadi pikir beginilah cara interaksi para remaja komplek. Tentu saja ia menjawab pertanyaan Yeonjun dengan senang hati.
"Kamu tau? Akhir-akhir ini namamu jadi bahan pembicaraan," kata Yeonjun melirik Hina sesaat lalu pandangannya kembali mengarah ke balai dengan beberapa muda-mudi di dalamnya.
"Hah? Kok aku?" tanya Hina bingung.
Pandangannya kembali ke arah Hina. "Ada, deh."
"Oy, Bro, Sist! Gue datang sama Hina, nih."
Hina mengedip tidak percaya menatap gerombolan yang ada di dalam balai. Ada geng Teletubbies dan KMS-yang Hina tidak tau apa artinya, yang pasti kedua genk itu tidak jauh berbeda dari gen Kenji para pembuat onar. Hina lupa kalau Yeonjun anggota geng KMS. Apa sih, kepanjangan KMS? pikir Hina.
"Sini, Na! Duduk samping gue," titah Yeri. "Gue denger katanya lo lagi enggak puasa, nanti gue bagi ke rumah lo bawa boba ala-ala buatan gue."
Hina tidak tau apa yang salah, tapi atmosfer di balai tidak seenak di perjalanan. Seakan-akan mereka tersenyum licik menunggu sesuatu darinya. "Kalian lagi bahas apa?"
"Oh, itu, tadi IRMA ngajak kita hias lampion buat malam takbiran sore ini." Haechan menjawab pertanyaan paling semangat, Hina tidak tau kenapa Haechan bisa sesemangat ini. "Lo boleh lah, sesekali bantuin juga? Kata Shua tangan lo paling emas di antara emas-emas yang lain-di antara murid Mama Kyulkyung."
"Oh, iya, bener. Ikut aja, Hina!" timpal Shuahua-putri sulung Mama Kyulkyung si desaigner. "Ya 'kan, guys?"
Mereka mengangguk kompak. Padahal jika berkaitan dengan kepentingan kompleks Hina tidak perlu diberitahu pun sudah pasti akan ikut bergabung. Lalu mereka membahas keperluan yang akan digunakan sore nanti. Tumben.
Jihoon mengoceh tentang Ibunya yang jadi lebih sensitif dari biasanya, tentang libur yang kurang panjang lalu kembali ke persoalan persiapan sore ini. "Berhubung lampionnya pakai lampu, kita bisa pakai kain perca aja tanpa takut kebakar."
"Tapi kain perca di rumahku udah jarang," imbuh Shuahua. Lalu ekspresi wajahnya berubah saat melihat ke arah Hina-pura-pura dan sengaja. "Bukannya kalian suka ngumpulin kain perca, ya?"
Hina mengangguk paham, pasti ia dan teman-temannya disuruh mengumpulkan lain-lain perca dari rumah ke rumah. "Boleh, deh, nanti aku bilang ke temen-temen buat ngumpulin kain. Eh, tapi 'kan ini masuk musim lebaran ... kain-kain adanya yang tebal. Pasti enggak pas buat lampion."
"Gitu, ya?"
"Lo inget enggak siapa aja yang punya kain-kain enggak terlalu tebal buat lampion?" tanya Soobin.
"Eh," cicit Hina, "Tante Seolhyun, kayaknya."
Yeonjun melirik kanan dan kiri menatap satu persatu wajah yang memberinya kode mematikan lewat mata. "Err ... ngomong-ngomong tentang Tante Seolhyun, inget enggak tadi waktu Kakak bilang kamu lagi jadi bahan pembicaraan?"
Tuh, 'kan. Hina mengangguk dan tersenyum canggung. Jadi ini toh yang mereka incer dari awal, skenario yang sempurna. "Papanya Hina, ya?"
Sontak mereka mengangguk semangat.
"Jadi ... Hina bisa kasih klarifikasi ke kita enggak?" tanya Lucas.
"Belum bisa, Kak. Hina enggak tau dan enggak dekat sama Tante Seolhyun." Hina merasakan kekecewaan di sekitarnya. "Kalau kalian pengen tau banget, nanti Hina coba tanya Pap-"
"Yeonjun kembalikan anak gadis saya!"
***
"Loh, Mas, mau ke mana?" tanya wanita cantik yang beberapa waktu lalu masih bersamanya.
Yuta berhenti di depan halaman rumah wanita itu. "Cari Hina, Seol, kata Mina dia udah pulang tapi di rumah enggak ada. Siapa tau di rumah Yeonhee."
"Cari Hina, Om? Tadi aku liat dia sama Yeonjun ke arah sana." Doyeon ikut bergabung ke dalam obrolan keduanya. Takut-takut ada tetangga yang liat dan jadi bahan pembicaraan lagi.
"Hah? Sama Yeonjun? Ke mana?" tanya Yuta histeris. Tidak rela jika Putri semata wayangnya diculik oleh putra ketua RT.
"Enggak tau, deh, biasanya Yeonjun sama gengnya ngumpul di depan sana," jawab Doyeon santai menunjuk rumah Hyunsuk-putra Bapak Bobby. "Ke balai kali, Om, tadi aku liat banyak anak di sana."
Yuta langsung berpamitan dengan Seolhyun dan Doyeon. Masalah hati bisa diurusi nanti,sekarang yang terpenting adalah putrinya.
Benar saja, ada Yeonjun di balai dengan beberapa muda-mudi. Tanpa pikir panjang ia langsung berteriak, "Yeonjun, kembalikan anak gadis saya!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.