Tiga

1.3K 191 163
                                    

Anak sekolah siang-siang begini kalau puasa pasti bawaannya; letih, lesu, dan lemah. Nggak perlu nunggu puasa juga sih, hampir tiap hari mesti begitu. Yah, namanya juga anak sekolah.

Namun, tidak dengan anak satu ini. Dari pagi sampai jam satu siang paling heboh tiada tara. Giat banget nemplok sana-sini, ngerusuh depan; tengah; belakang kelas tanpa non-stop. Giliran teman-temannya mengeluh capek, dia dengan semangat menyanyikan lagu kebanggaan. “Hei, manusia. Teretetetet ....” Dengan gaya sok Rhoma Irama and the gank.

“Jane! Diam bisa nggak?!” Gadis muda itu tak mengindahkan perintah teman sebangkunya. Dia masih semangat mengibarkan bendera puasa 45 ke penjuru kelas.

“Marilah kemari, hei, hei, hei! Hei, kawan.” Lagu berganti diikuti goyangan ala-ala Jane—sebisa dia goyan saja, penting happy. Prinsip Jane sekali, penting happy meskipun puasa.

Tak lama Doyeon ikut bergabung, teman rusuhnya di kelas. Gadis tinggi bertubuh kurus itu maju ke tengah sambil membawa sapu kelas. Naik ke atas meja; kontan berlagak superstar dengan gitar sapu kebanggaannya.

We will, we will, rock you!” Nyanyinya bersama Jane di tengah-tengah kelas yang sedang suntuk.

Jane ikut naik ke atas meja. Melanjutkan nyanyian Doyeon dengan fasih, sementara Doyeon menirukan suara gitar dengan handal. Hendery, Lucas, dan Hyunsuk yang baru kembali dari toilet (sebenarnya mereka dari koperasi, habis beli minum demi puasa setengah hari) Dasar lemah! Langsung bersorak gembira dan mengeluarkan ponsel masing-masing, merekam aktivitas gila kedua temannya.

Terutama Jane, si gadis gila penuh energik.

Rock you!” Yeonjun jadi ikutan nyanyi. Padahal baru bangun tidur, terganggu kehebohan si duo gila. Anak Pak RT ini hobinya tidur di kelas. Pernah tuh, saking enaknya tidur dibangunin susah sampai akhirnya anak sekelas sepakat biarin Yeonjun tidur sedangkan sekelas bubar pulang.

“Apa teman-teman?” teriak Doyeon dengan Jane mengarahkan mikrofon ala kadar dari kepalan tangan kanan ke arah teman-teman mereka. Berlagak konser di tengah kerumunan penonton.

Rock you!” teriak ketiga pemuda itu kompak. Sementara lain hanya menatap malas, tak peduli, terganggu, dan mencibir. Tentu saja mereka tak mengindahkan beragam reaksi tersebut.

Sing penting happy!” tutur Jane lalu menyanyikan lagu dangdut.

“Nah, kalau gini gue suka,” ujar Hendery naik ke atas meja ikut berdendang.

Agaknya murid-murid kelas 12 pada gila. Jelas-jelas ada tugas merangkum malah berdendang dan mengabaikan tulisan di papan. Mentang-mentang guru tak bisa hadir.

“Asyik, asyik, jos!” Yel-yel mereka kompakan. Terdengar riuh sampai di luar kelas. Anak kelas sebelah pun sampai merasa terganggu. Mereka yang harusnya konsen dengan pelajaran fisika, jadi terganggu akibat nyanyian dangdut dan yel-yel kelas sebelah.

Tuman banget. Sudah tahu puasa, tapi semangat layaknya hari-hari biasa.

Dengan Jane memainkan vokalnya apik, bahkan sampai mengeluarkan nada tinggi hingga guru sebelah angkat kaki dan menghampiri kelas mereka dengan ekspresi berang.

“INI SEKOLAH BUKAN TEMPAT KARAOKE!” amuk beliau, menyeramkan.

Jane cs kontan terdiam. Bu guru terlihat menyeramkan dengan wajah beringsut dan mata tajam. Menatap marah seluruh penghuni kelas tanpa terkecuali. Ketara ingin melahap satu per satu murid-murid itu.

Istighfar, Bu. Puasa-puasa nggak boleh marah. Nanti pahalanya berkurang, lho,” goda Jane tanpa takut.

Bu Sri makin berang diperingatkan oleh satu murid. Namun, teringat kalau muridnya benar, dia harus sabar ketimbang pahala di bulan puasa hilang. Hadeuh, serba salah.

Hatari | 99-00lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang