Dua puluh tiga

421 62 65
                                    

"Gimana, Bang Josh? Beres, kan, dapur?"

Mingyu menepuk bahu Joshua, kepala koki di restorannya. Laki-laki itu mengacungkan jempol, tanda semua baik-baik saja.

"Tumben belum pulang, Gyu?"

Mingyu kerap kali pulang lebih awal agar bisa memasakkan menu makan malam untuk keluarga kecilnya. Namun, hingga jam tiga, Mingyu masih betah berada dalam kantor, membuat Joshua terheran.

"Eung, ada sesuatu, Bang. Udah izin sama Kyulkyung juga kok mau pulang telat."

Joshua mengangguk paham. "Yaudah deh, gue pamit dulu, udah mau maghrib. Selamat lebaran, ya! Salam buat keluarga lo."

Mingyu menunjukkan sikap hormat pada Joshua. Tepat setelah kokinya tak terlihat dan semua pegawainya sudah pulang, ia menjalankan aksinya.

Tring!

"Halo, kenapa, Yong?"

"Gimana? Jalan, kan, rencana kita?"

"Ngomong apasih? Kecil banget suara lo."

"JADI, GAK, RENCANA KITA?"

Terdengar sayup-sayup suara di belakang Taeyong. "Apanya yang rencana, Yah?"

Mingyu cekikikan berhasil mengerjai Taeyong. Jisoo memang lebih galak daripada istrinya.

"Resek banget lo, Gyu. Untung aja enggak ketahuan. Jadi, gimana?"

"Tenang, udah gue persiapkan tadi. Beres. Nanti jangan lupa lo atur aja sama Jimin atau Younghyun, tuh."

"Oke, siap. Gue tutup dulu. Bini gue ngamuk entar tahu gue lama banget di kamar mandi."

Mingyu menutup telepon dan menghela napas, heran. Kenapa teman-temannya pada jadi SSTI, alias Suami-suami Takut Istri. Dih, padahal dirinya sendiri sama saja. Mereka sengaja menyiapkan kue kecil untuk Seolhyun, berharap janda itu suka dengan kejutannya.

Tangannya yang cekatan membuat adonan kue. Masih ada waktu sekitar dua jam untuk membuat surprise kecil untuk projek bapak-bapak nanti malam, sembari menemani takbir keliling. Mingyu sempat ragu ingin memasukkan rasa cokelat atau stroberi, sebelum akhirnya memilih perasa stroberi. Menurutnya, warna pink adalah warna kesukaan wanita.

Beberapa menit kemudian, adonan sudah di dalam oven, ketika ponselnya berbunyi lagi.

"Hallo, Princess. Ada apa?"

"Pa, masih lama ya pulangnya? Adek pengen es buah deh. Mama lagi keluar beliin kolak buat kakak."

Heejin, anak bungsu Mingyu, selalu manja dengan papanya. Bukan berarti tidak manja dengan sang mama. Namun, Mingyu lebih toleran terhadap Heejin, daripada dengan kakaknya, Shuhua. Sepertinya Shuhua adalah gambaran dosa masa lalu Mingyu yang kelam. Banyak tingkah dan suka bikin onar, ditambah lagi julid.

Mingyu tak habis pikir, kenapa perempuan anggun semacam Shuhua bisa tergabung dengan Teletubies, alias Jihoon c.s.

"Oh adek mau es buah? Yaudah nanti papa belikan di dekat restoran."

"Bener ya, Pa? Oke, ditunggu di rumah. Love you papa gantengnya adek."

Setelah telepon terputus, lagi-lagi, Mingyu menghela napas. Emang dasar, kalau ada maunya nempel terus ke papa.

Setengah jam kemudian, kue surprise-nya sudah selesai. Mingyu tersenyum puas. Bakal suka nih pasti, pikirnya.

🌕🌑🌕

"Papa pulaaang!"

Kepala Kyulkyung muncul dari ambang pintu dapur dengan wajah masam. "Salam dulu, kek. Jangan kayak orang western, deh, Pa!" omelnya.

Hatari | 99-00lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang