Tiga puluh empat

324 46 22
                                    

"Kamu nggak ikut yang lain lihat sembelih di lapangan?"

Kim Seolhyun, si penutur tanya menoleh memperhatikan keponakannya yang sedang asyik duduk manis sambil bermain ponsel. Meski merasa aneh, karena biasanya keponakannya itu akan berkumpul dengan teman-teman satu kompleknya ketimbang berdiam diri dalam rumah. Namun tidak aneh juga lantaran keponakan kesayangannya ini juga memang malas sendiri ikut berkumpul dengan kawan-kawan satu kompleknya, yang entah apa alasannya juga.

"Doyeon, mbak lagi nanya kamu." Seolhyun lagi-lagi berujar karena pertanyaan sebelumnya belum terjawab juga.

"Nggak, mbak, males."

"Kenapa males?"

"Pasti rame, panas juga mbak, mending diem di rumah aja ah, ngadem. Aku mau abisin kuota juga."

Seolhyun hanya bisa menggeleng pelan mendengar penuturan Doyeon sejak tadi. Kalau sudah begini Doyeon memang tidak akan mau keluar rumah, meski diiming-imingi apapun. Kenyataan kalau di luar sedang panas juga memang benar adanya. Sejak mulai shalat ied memang matahari sudah menampakkan wujudnya dan berhasil membuat seluruh jamaah yang shalah ied tadi merasa kepanasan. Termasuk Seolhyun dan Doyeon.

"Oiya mbak," Doyeon bersegera mengalihkan perhatiannya ke tantenya yang sedang sibuk menata makanan yang biasa dibuat saat lebaran, sebelum melanjutkan, "gosip yang lagi beredar itu, bener?"

Seolhyun yang tidak tahu menahu perihal gosip yang lagi beredar itu hanya menunjukkan ekspresi tanya. Pasalnya bukan merasa acuh atau bagaimana, Seolhyun sendiri memang jarang memperhatikan gosip-gosip yang beredar apalagi mengambil pusing. Terlalu malas, dan baginya Seolhyun gosip itu terkadang tidak berdasar sama sekali makanya Seolhyun lebih memilih untuk acuh dan tidak peduli. Apalagi kalau gosipnya tentang dirinya, Seolhyun suka memilih mengabaikan.

Maka dari itu ketika Doyeon yang nampaknya tidak sabar karena ia tidak tahu apa-apa perihal gosip tersebut, membuat Seolhyun bertanya, "gosip yang mana, Yeon?"

"Yang itu, katanya Pak Bobby sama Pak Yuta lagi saingan buat dapetin mbak."

Seolhyun hampir saja menjatuhkan sendok yang dipegangnya karena terkejut dengan ujaran Doyeon. Jelas Seolhyun terkejut, karena ia berpikir gosip macam apalagi itu. Sepertinya tidak ada habisnya gosip yang beredar di Komplek Hatari ini. Berbagai macam gosip beredar dan dirinya selalu menjadi bahan dari beberapa gosip tersebut. Seolhyun sendiri sampai heran, kenapa juga dirinya acak kali dibawa-bawa. Padahal menurutnya ia sudah menjaga semua sikap dan perilaku, sampai menjaga jarak dengan warga juga tapi tetap saja.

"Kok ngelamun, mbak? Itu bener?" Doyeon gemas, karena ia juga penasaran tapi tantenya malah asik melamun.

"Kamu dapet gosip darimana itu?" Seolhyun hanya ingin memastikan, siapa tahu itu hanya gosip buatan agar warga komplek memiliki bahasan saja ketika berkumpul.

"Aku denger aja, cuma belum percaya makanya aku mastiin ke mbak," ujar Doyeon.

Seolhyun tak segera menjawab. Alih-alih menjawab, dirinya masih sibuk melanjutkan kegiatannya untuk menyiapkan makanan yang biasa tersaji saat lebaran tiba. Meski hanya ada mereka berdua, namun sudah menjadi kebiasaan bagi Seolhyun untuk tetap memasak. Padahal kemungkinan keluarga besarnya akan datang ketika lebaran tiba teramat kecil. Katakan saja kedua orangtua Doyeon, kemungkinan datangnya kecil karena kesibukan mereka. Kakak-kakaknya yang lain? Jangan ditanyakan, nampaknya permasalahan masa lalu yang sempat terjadi masih menjadi alasan mengapa keluarganya tak juga menyambangi kediaman Seolhyun.

Kendati begitu Seolhyun masih berharap banyak jika mungkin keluarganya—atau minimal salah satu anggota keluarganya—datang berkunjung ke kediamannya. Meramaikan suasana lebaran di rumahnya yang hanya dirayakan berdua olehnya dan Doyeon. Karena sejujurnya ia merindukan suasana ramai saat merayakan hari raya bersama keluarga besarnya meski itu terjadi sudah cukup lama. Seolah hanya menjadi kenangan saja.

Hatari | 99-00lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang