Satu

3K 254 187
                                    

Taehyung nengok kanan-kiri. Dirasa keadaan sudah aman, dengan hati-hati dia mengeluarkan sepeda dari garasi. Ketika akan menaiki sepedanya, terdengar teriakan sang isteri dari dalam rumah. “Papiiiiih!”

Laki-laki itu mendengus. Mau tak mau, Taehyung harus menjawab, “Iya, Mih.”

Yerin, isterinya, dengan cepat kini berada di hadapan laki-laki itu. “Pih, Yeonjun ke mana?”

“Nggak tahu. Emang kenapa, Mih?”

“Disuruh belanja malah kabur itu anak. Terus ntar kalian buka puasa pake apa?!” omel Yerin.

Taehyung berusaha menenangkan isterinya. “Sabar, Mih. Ini kan lagi puasa. Nggak boleh marah.”

Yerin mengerucutkan bibir, kemudian melirik suaminya dari rambut hingga ujung kaki. Lalu wanita itu mengendus kaus polo putih yang dipakai Taehyung. “Ini tumben wangi banget. Mau ke mana?”

Taehyung sedikit gelagapan. “I-ini. Em, biasa mau menyebarkan semangat ke warga komplek.”

Yerin memincingkan mata. “Yang bener?”

“Iya, Mih. Beneran. Sebagai ketua RT yang baik, papih harus terus memberi semangat ke warga Hatari. Apalagi ini bulan Ramadhan, kan sama aja nambah pahala. Ih, mamih curigaan aja, deh.”

Wanita itu mengangguk beberapa kali. “Terus kenapa pake kacamata item segala?”

“O-oh, ini biar nggak silau, Mih. Kan udara lagi panas. Jadi biar konsentrasi nyetir sepedanya. Kalo papih nggak konsen, ntar nabrak gimana? Bisa mencelakakan orang lain, kan.” Taehyung mencari alasan. Padahal niat dia memakai kacamata untuk menarik perhatian si janda idola rumah nomor delapan.

“Bukan buat caper ke janda gatel itu, kan?”

“Ya iyalah. Eh—” Taehyung memukul bibirnya sendiri. “Nggaklah, Mih. Papih kan cintanya cuma sama Mamih.”

“Awas kalo Papih macem-macem. Ntar mamih goreng itu si Ujang ikan mas kesayangan papih,” ancam Yerin.

“Jangan, Mih.” Dengan tampang memelas, Taehyung melepas kacamata itu kemudian menyerahkannya ke Yerin. “Iya, deh. Ini papih nggak usah pake kacamata item. Lagian udah nggak panas, kok.”

“Ya udah. Kalo Papih ketemu Yeonjun, suruh pulang!”

“Iya, Mih. Papih berangkat keliling komplek dulu, ya. Assalamualaikum.”
Taehyung mulai mangayuhkan sepeda hendak mengelilingi kompleks.

“Puasa Hatari, ria!” serunya seperti biasa.

Lalu menyanyikan lagu kebangsaan Hatari: Hatari ria, hei, hei! (Sebenarnya itu lagu plesetan dari lagu Cacamarica, kemudian dimodifikasi Pak RT sendiri, biar cool katanya).

Dari kejauhan, terlihat segerombolan remaja di depan rumah janda kembang incaran bapak-bapak kompleks Hatari. Taehyung tak tinggal diam. Kemudian mendekati mereka yang ternyata salah satunya adalah anaknya. Yeonjun.

“Eh, ada apa ini kumpul-kumpul di rumah Mbak Seolhyun?” tanya Taehyung pada mereka.

Merasa tertangkap basah, Yeonjun buru-buru menjawab, “Eh, ada Papih. Nggak, Pih. Siapa tahu tante Seolhyun butuh bantuan bersih-bersih. Yeonjun sama temen-temen kan udah siap.”

“Iya. Lumayan kan bantu orang dapet pahala di bulan Ramadhan, Pak RT. Bisa dibilang rejeki nomplok juga, sih,” timpal Lucas si ketua geng sekenanya.

Mendengar kata “rejeki nomplok” dari mulut mereka justru membuat Taehyung berpikir yang bukan-bukan. Dia melirik ke celah pintu. “Minggir. Sebenernya kalian lihat apa, sih.”

Ternyata benar. Terlihat Seolhyun sedang mengepel lantai dengan hanya memakai daster longgar yang tak sengaja sesekali memperlihatkan belahan dadanya.

Astaghfirullah.” Tehyung mengelus dada. “Siang-siang bolong begini kalian malah ngintipin orang. Bubar! Pulang sana! Inget, ini puasa.” Taehyung sebagai ketua RT membubarkan kumpulan remaja tanggung itu.

“Yeonjun, pulang! Mamih nyariin kamu tadi,” imbuhnya.

Yeonjun dan anggota geng KMS alias Kiper Mbak Seolhyun lain pulang ke rumah masing-masing.

Setelah anak-anak itu pulang, Pak RT malah asyik melanjutkan kegiatan anak-anak tadi, mengintip Seolhyun.

Yeonjun sampai rumah dengan wajah cemberut. “Kenapa nyariin Yeonjun, Mih?”

“Ke mana aja kamu? Mamih suruh belanja malah kabur,” tegur ibunya.

“Main biasa sama Lucas, Hyunsuk dan Hyunjin.”

“Tadi ketemu papih di mana?”

“Di depan rumah tante Seolhyun.”

Mendengar penuturan anaknya itu, seketika mata Yerin melotot. “Hah? Ngapain papih kamu di depan rumah janda gatel itu?”

Yeonjun tersenyum licik. Dia berniat membalas perbuatan bapaknya. “Ngintipin tante Seolhyun lagi ngepel lantai. Katanya siapa tau tante Seolhyun minta bantuan.”

“Apa?!”

“Mamih mau ke mana?”

“Mamih udah lama nggak ngejewer telinga papih kamu. Ini kamu buruan belanja. Atau kamu mau mamih jewer juga?”

“Nggak, Mih. Iya-iya, ini Yeonjun mau belanja.”

Segera Yerin beranjak dari tempatnya menuju ke rumah Seolhyun.
Yeonjun tertawa karena bisa membalas sang ayah. “Syukurin! Rasain tuh, Pih. Jeweran pedesnya mamih.”

Benar saja. Sepeda Taehyung terparkir di teras rumah Seolhyun. Yerin kemudian melihat suaminya itu sedang mengintip dari celah jendela.

“Bagus, ya,” komentar Yerin dari belakang Taehyung.

“Ho’oh. Luar biasa,” kata Taehyung sambil terus mengintip tanpa berbalik.

Beberapa detik kemudian Taehyung tersadar bahwa itu adalah suara isterinya. Dengan takut-takut dia berbalik. “Eh, ada Mamih.”

“Pulang!” perintah Yerin mutlak.

Taehyung menunduk. Jemari Yerin sudah menjepit telinga kanan suaminya. “Aduh, Mih. Ampun. Sakit.”

SELAMAT NGABUBURIT SEMUA 💗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SELAMAT NGABUBURIT SEMUA 💗

Hatari | 99-00lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang