Di antara anak-anak Kenji yang paling galau atas kepindahan keluarga si duda ganteng, ya Jane!
Anak itu masih saja bermuram durja karena salah satu sohib kentelnya harus hengkang dari Hatari. Yeji, Hendery, Han, Felix dan Jinyoung sedang berusaha menghibur anak Pak Taeyong itu agar tidak bersedih lagi.
"Udah, Jane, jangan galau mulu. Gak asiklah kalau lo merana terus," ucap Han sembari merangkul pundak Jane.
"Iya, nih. Kita tuh harus bangkit lagi, jangan sampai kelihatan lesu. Malesin banget kalau Lucas and the gank udah nyinyir kayak kemaren," sahut Yeji jengkel."Enakan kita ngapain gitu, kek daripada duduk-duduk depan rumah gue doang," sambung Felix yang diangguki oleh Hendery dan Han.
"Kasih makan hewan kurban aja, mau gak?" usul Jinyoung. Kebetulan keluarga hewan kurban yang beranggotakan dua sapi dan tiga kambing baru sampai tadi pagi dan singgah sementara di halaman masjid sebelum pulang ke akhirat dalam beberapa hari ke depan.
"Kasih makan jeli sama es teh lagi?" tanya Yeji serius, sementara yang lain berdecak dan memutar kedua mata.
"Kasih makan rumput, Yeji," balas Jinyoung sabar. "Serius, nih gue. Sesekali berbuat baik."
"Tumben, nih anak Pak Minhyun," ledek Felix.
Jinyoung tertawa pelan dan menunjukan cengirannya. "Sekalian cari perhatian di depan bapak gue, biar dapat uang jajan tambahan. Jadi mau, gak nih?"
"Ayolah! Daripada gabut," ucap Jane. Semoga dengan lihat sapi-sapi di sana bisa menghapus kegalauan gadis itu.
Sesampainya di masjid rupanya anak-anak Uma sudah mengambil start untuk memberi makan hewan-hewan kurban. Mark tengah memindahkan rumput dari gerobak sorong ke depan dua hewan besar pemamah biak di hadapannya."Kita bantuin, ya," kata Felix begitu datang dan berdiri di samping Mark.
"Gak usah, bentar lagi selesai, kok," balas Mark tanpa menoleh pada lawan bicaranya.
"Itu yang kambing belum," sahut Yeji sambil melirik tiga kambing yang terikat ke pancang kayu di sebelah masjid. Dua detik setelah Yeji bicara, Renjun yang habis ngarit di lahan kosong komplek muncul dengan mendorong gerobak sorong berisi tumpukan rumput.
"Oy, kita bantu, ya!" seru Jane sembari berlari menghampiri Renjun diikuti anak Kenji yang lain.
"Bantu apaan?" tanya Renjun dengan mata menyipit. Kalau sudah berurusan dengan geng Kenji memang sulit tidak menaruh curiga. Dia hanya khawatir nanti para hewan kurban ini dikasih makan aneh-aneh lagi seperti tahun lalu.
"Bantu comblangin lo sama kambingnya," balas Hendery sewot. "Ya, bantuin kasih makan kambinglah," lanjutnya lagi lebih sewot.
"Gak usah," jawab Renjun. "Kalian main aja ke tempat lain."
"Dih, orang kita maunya di sini." Jane mengambil rumput odot di gerobak sorong lalu menyodorkannya ke salah satu kambing dan otomatis para sohib kentel anak itu ikut-ikutan menyodorkan rumput ke para kambing. Namun, kalau tidak usil bukan The Kenji namanya. Mereka sengaja menyodorkan rumput panjang ke salah satu kambing, lalu menariknya lagi saat si kambing baru saja menggigit rumput itu.
Masih kurang, kambing lain hanya diiming-imingi dari jarak yang tidak bisa dicapai oleh si kambing. Kalau hewan itu bisa bicara, pasti mereka habis disumpah serapahi si kambing yang kesal lantaran dijadikan korban PHP. Namun, apa daya, si kambing hanya bisa mengembik lantaran ulah anak-anak Kenji.
"Heh, kan kalian malah main-main. Udah sana, jauh-jauh!" amuk Renjun sambil mengulurkan tangan ke depan, lalu berjalan lurus di hadapan anak-anak Kenji sambil mengibaskan tangannya agar anak-anak usil itu menjauh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hatari | 99-00line
FanfictionSelamat datang di Kompleks Hatari! ©2020 | A special event by YG Group