Tujuh belas

480 66 27
                                    

"Ayah! Seungmin sama Abang mau keliling bangunin sahur dulu ya."

"Iya, hati-hati! Dijagain itu abangmu nanti malah ketiduran di tengah jalan." seloroh Sehun sambil menatap kedua putranya dari bingkai pintu. Yohan yang sedang dibicarakan hanya melirik ayahnya sinis. Matanya yang menyipit mengantuk lalu dia yang sesekali menguap lebar menguatkan ayahnya bahwa dia bakal ketiduran di tengah jalan. Pasalnya, kejadian Yohan ketiduran di tengah jalan waktu keliling bangunin orang sahur bukanlah kejadian baru lagi. Beberapa kali dia mendapat laporan bahwa Yohan tertidur di tengah jalan sampai Subuh menjelang.

Seungmin menghela. "Iya, nanti aku jagain."

"Apaan coba lo? Sok mau jagain gue. Jagain diri sendiri dari gangguan geng Kenji aja nggak becus. Ayah juga! Aku nggak bakalan ketiduran di jalan kok." seru Yohan dengan wajah tersinggung.

"Iya iya! Sudah sana pergi, kesiangan nanti kalian!" perintah Sehun sambil mengibaskan tangan mengusir.

Alis Yohan berkerut. "Bukan kesiangan kali, Yah! Ini mah kepagian!"

"Hem. Iya iya!" sahut Sehun malas. "Sudah sana cepat berangkat! Kasihan itu Mark sama Renjun sudah nunggu kalian lama!"

"Ya udah, kita berangkat ya, Yah!" pamit Seungmin lebih kalem. Bersamaan dengan Yohan dia berujar, "Assalamu'alaikum!"

"Wa'laikumsalam!" jawab Sehun sambil masuk dan menutup pintu saat dua sosok anaknya berlalu. Tepat sesaat setelah menutup pintu itu, muncul istrinya sambil membawa sepasang sandal baru. "Lah, Bunda mau kemana?" tanya Sehun heran.

"Yohan sama Seungmin udah berangkat ya? Yohan tadi pakai sandal yang mana, Yah?" tanya Nayeon balik.

Sehun mengernyit. "Ya pakai sandal biru lah. Kan sandalnya dia cuma itu. Kenapa?"

"Lah, itu sandalnya kan udah buluk. Udah mau putus. Ini Bunda mau ngasih sandal baru takutnya nanti putus di tengah jalan!"

"Anaknya udah pergi sih, Bun!"

"Terus ini sandalnya gimana?"

"Gimana apanya? Mau Bunda makan? Silahkan!"

"Ih Ayah kok gitu?"

"Ya Bunda juga gitu!"

"Ayah kenapa sih kok nggak jelas gini?"

"Gini gimana sih Bun? Tadi katanya gitu sekarang gini!"

"Ya ... gitu. Gitu yang kayak gini!"

"Ha? Gitu gini gimana?"

Dan percakapan gitu-gini itu tetap berlanjut sampai mereka memutuskan sahur.

Di perjalanan menuju masjid tempat Mark dan Renjun menunggu, Yohan terkantuk-kantuk. Di depannya Seungmin berjalan lebih dahulu dengan sarung menutupi sekitar kepalanya. Yohan dan Seungmin memang sangat berbeda meskipun mereka kakak adik. Yohan sangat ceria seperti Nayeon. Berbeda dengan Seungmin yang kalem seperti Sehun. Pasangan kakak beradik itu berjalan tanpa banyak bicara sampai Yohan mengaduh akibat tersandung batu.

"Aduh!" pekik Yohan cukup keras untuk membuat Seungmin berbalik dan menatapnya jengah. "Yaelah, Bang! Pakai acara jatuh-jatuhan segala!"

"Abangnya jatuh bukannya malah ditolong malah diomelin. Durhaka lo jadi adik, Min!" omel Yohan sambil merengut kesal.

Mau tak mau Seungmin mengalah, segera berjalan menuju abangnya untuk membantunya kembali berdiri lagi.

"Bang! Sandal lo putus!" seru Seungmin sambil menunjuk ke arah sandal kiri Yohan yang terlepas kala anak itu tersandung. Arah mata Yohan langsung mengarah ke si sandal kiri yang tampak mengenaskan setelah talinya putus itu. Pandangan Yohan begitu nanar saat mengangkat sandalnya tinggi. "Oh sandal ... sungguh malang nasibmu, Nak!"

Hatari | 99-00lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang