Dua puluh enam

398 58 45
                                    

Takbir terakhir selesai berkumandang, para penghuni kompleks berhamburan keluar masjid, sambil sesekali bersalam-salaman.

"Duh, Jis. Maafin gue ya, kalau ada salah," ucap Nayeon.

Bukannya menjawab permohonan maaf Nayeon, malah menoyor ibu dua anak itu. "Gausah lebay! Lo tiap hari juga bikin dosa mulu sama gue."

Nayeon mencebik kesal. Jisoo sudah mengedarkan pandangan, hendak menyeret sulungnya pulang ke rumah.

"Eh, Mbak Nayeon, Mbak Jisoo. Minal aidzin wal faidzin ya, Mbak. Maafin kalau banyak salah," sapa Seolhyun yang muncul dari balik punggung Nayeon. Mukena bagian atasnya masih terpasang rapi, menambah kesan ayu pada paras si janda. Doyeon di belakangnya, mengekor.

"Eh, iya, Seol, santai aja kali, gausah manggil pakai embel-embel 'mbak', kita, kan, seumuran." Nayeon sudah pasang muka sok manis, membuat Jisoo membuang pandangan jengkel.

"Iya, santai aja. Maafin kita juga, ya, semisal ada salah ke kamu," timpal Jisoo, setelah berhasil mengatur mimik wajah.

"Istriku di sini, eh-ada Mbak Seolhyun." Taeyong tahu-tahu merangkul pinggang Jisoo. Matanya jelas jelalatan menatap sang janda.

Jisoo dengan terang-terangan menyikut rusuk suaminya. "Gausah ganjen, atau nanti malem aku tinggal ke rumah mama," bisik Jisoo.

Taeyong langsung menegakkan badan. "Oh, kayaknya aku mau nyariin Jihoon, deh. Itu anak udah kayak belut, cepet banget ngilangnya." Laki-laki itu berlari, menjauhi area masjid, sebelum ancaman sang istri menjadi kenyataan.

"Nanti jangan lupa datang ya, Tante. Kita adakan open house sampai sore, lho," ujar Doyeon. Wajahnya sedikit tidak ikhlas.

Seolhyun menambahi, "Iya, jangan lupa dateng, ajak anak-anak kalian sekalian."

Nayeon dan Jisoo mengangguk serempak dan masih memasang senyum, sampai Seolhyun dan Doyeon pamit pulang.

"Jadi dateng ke rumahnya Pak Jae?" bisik Nayeon.

Jisoo mengangguk semangat. "Kapan lagi duren bikin acara kayak gini, ya kan?"

Di sisi lain, Heejin berjalan cepat mendahului si kakak. Ia masih ngambek dengan kejadian tadi. Bagaimana jika orang-orang tahu ia sedang dekat dengan Renjun? Bisa-bisa hubungannya jadi canggung.

"Ih, ini lebaran lho, Dek. Masa masih mau marahan?"

Heeejin menoleh. "Kakak, kan, tahu gimana mulutnya si Jihoon. Udah bukan ember bocor lagi, tapi bolong. Aku malu tahu kalau Renjun sampai tahu."

"Iya deh iya, lagian kalian, kan, sudah dijodohkan. Lama-lama semua pasti tahu kok," kilah Shuhua.

"Ini kenapa, sih. Kesayangan papa pada marahan. Lebaran lho, Kak, Dek," tegur Mingyu.

Shuhua cengengesan. "Papa, kakak minta maaf kalau ada salah, ya." Lalu meraih tangan Mingyu untuk dicium.

Mingyu merasa bangga bisa membesarkan anak-anak secantik mereka, walaupun kelakuan si kakak kadang bikin sakit pinggang, setidaknya Shuhua tidak menyentuh barang haram.

"Iya, papa maafin. Jangan kebanyakan gaul sama anaknya Taeyong. Papa takut kamu nanti cita-cita gantiin Feni Rose."

"Ih, Papa!" kesal Shuhua, membuat Heejin di sampingnya tertawa.

"Apa ini. Kok, udah maaf-maafan di depan pintu?" Kyulkyung yang datang, dengan mukena di tangan kirinya, tangan kanan membawa bungkusan.

Heejin bergegas memeluk sang mama. "Ma, Heejin minta maaf, ya, kalau ada salah perbuatan dan kata."

Hatari | 99-00lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang