Takbir berkumandang ke seluruh penjuru Kompleks Hatari. Suara merdu Jinyoung menarik perhatian beberapa anak, termasuk Teletubies yang kini sudah duduk manis di bangku depan rumah Pak Minhyun yang notabene dekat masjid.
"Bagus juga suaranya si Jinyoung," celetuk Shuhua. Gadis itu memakai gamis warna pastel dengan beberapa model dan hiasan, buatan tangan sang mama. Rambut panjangnya terurai rapi. Penampilan yang tak jauh beda dengan kembarannya.
Haechan memutar mata malas. "Apaan, gitu aja gue juga bisa. Masih kalah tau dia sama rekor suara gue."
"Rekor suara kalau ngorok?" timpal Jihoon.
Jihoon yang memang notabene sepupu Haechan dan tinggal serumah, sudah hafal kebiasaan buruknya, suka mendengkur sampai menjadi alarm murni seisi rumah.
"Eh, kemarin katanya tangan Mbak Jane kena petasan, ya?" tanya Soobin penasaran, setelah semalam, kegiatan menonton tv-nya terganggu suara keras petasan dan teriakan Pak Siwon.
"Wah, berita baru nih." Jihoon menaikkan sebelah alisnya.
"Cepet banget lo kalo nangkep radar ketubiran. Udah ah, ayok! Mama nungguin." Heejin segera menarik kakaknya menjauh.
"Gue duluan, gengs!" pamit Shuhua sambil menyamakan langkah dengan kembarannya.
"Hah? Siapa?! Heejin, kok gitu sih, terus ini siapa yang mau isi hatiku?" teriak Haechan, tidak terima.
"Sabar, Chan. Burung Beonya Pak Siwon, noh, masih available!" celetuk Yeri, lalu Haechan pun menangis.
🌕🌑🌕
"Kakak mulutnya! Kan, semua jadi tahu. Geng kakak, kan, suka banget tubir," protes Heejin saat memasuki halaman masjid, yang kini terhampar karpet dan terdapat beberapa penghuni kompleks yang sudah menggelar sajadah di sana.
"Ya maaf, kan keceplosan," sesal Shuhua.
"Makanya, kalau dikasih tahu papa dengerin, jangan kebanyakan ngikutin lambe turah, ah."
"Iya, iya."
Mereka menghampiri Kyulkyung yang sudah mengenakan mukena. "Kalian lama banget, habis ngapain?"
"Nih, kakak julid mulu sama gengnya," adu Heejin, sembari mengenakan mukena. Sedangkan Shuhua masih menekuk wajahnya kesal sekaligus menyesal.
"Eh, ada besan, nih," celetuk Rose yang baru datang dan mengambil tempat kosong di kanan Kyulkyung. Mereka bersalaman sembari melempar senyum.
Heejin tampak malu-malu.
"Ciye, ada mama mertua, tuh!" ejek Shuhua, gemas.
"Apaan, sih. Kalau sampai kesebar, salah kakak, ya," bisik Heejin membuat sang kakak terdiam.
"Eh, udah di sini aja, ibu-ibu," sapa Nayeon riang.
Kyulkyung dan Rose hanya tersenyum dan bersalaman.
"Eh, tau nggak. Tadi Pak Jaehyun pakai kemeja warna hijau lumut. Ya Allah, ganteng euy!"
Kyulkyung dan Rose langsung pasang radar.
"Kapan ketemu, Mbak Nay?" tanya Rose.
"Tadi, waktu berangkat ke masjid. Jennie sempet sapa dia, senyumnya astagfirullah, adem banget," ujar Nayeon, dramatis.
Rose sudah histeris tertahan duluan, sedangkan Kyulkyung masih pasang tampang cool, karena dua buntutnya ada di sebelah, bisa kacau kalau mereka lapor bapak negara.
"Eh, katanya open house hari ini?" Hayi─istrinya Bapak Jin─datang-datang langsung menimpali.
"Iya, bener. Jadi pengen dateng nanti."
"Ada yang ngomongin open house, ya? Saya nanti juga open house, kok, Mbak-mbak," timpal Seolhyun, dengan mukena sudah terpasang. Bapak-bapak SSTI sempat menoleh dan menyapa saat janda itu masuk gerbang masjid.
Hayi langsung menimpali, "Oh, bagus deh kalau semua open house, jadi imbang, iya, kan?"
"Oh, enggak, salah denger mungkin, saya tadi bilang jadi rame, iya—rame, Mbak," kilah Hayi.
Seolhyun tersenyum dan mengangguk paham. Padahal arti "imbang"; bapak-bapak ke rumah si janda,ibu-ibu ke rumah si duda. Memang dasar, tiada hari tanpa drama Hatari.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bentar lagi lebaran, lho. Hayo, udah bolong berapa kali? 🌚