Dua puluh tujuh

393 68 34
                                    

Assalamu'alaikum.” Lia celingukan di depan rumah Heejin. Sebelah rumah, maksudnya di rumah Tante Seolhyun dan Om Jaehyun, sudah ramai. Papa sama mamanya entah ilang ke mana. Habis sarapan selepas sholat ied, mereka sudah mencar, meninggalkan Lia yang sedang sibuk menata baju di kamar. Maklumlah, mereka mau mudik besok pagi, dan Lia belum sempat packing.

Waalaikumsalam. Cepet amat lo sampai sini,” jawab Heejin sambil menyerahkan kotak pernak-pernik punya "Pengabdi 5 Minute Craft" alias Princess-nya Hatari.

Lia mendengus. “Rumah kita bukan Antartika sama Afrika, tolong. Jalan lah gue.”

Shuhua keluar rumah dan mendapati adik dan teman satu gengnya. “Kalian mau nge-craft lagi?”

Lia dan Heejin kompak menggeleng.

“Gue mau ngambil ini aja, kok. Lo enggak mau main ke rumah gue, Jin? Mumpung lagi sepi. Mau mudik juga, kan, lo?” tawar Lia.

“Gue enggak ditawarin, Li?” ujar Shuhua, sewot.

“Emang lo mau ngikut? Gue mau bikin kalung.”

Shuhua bergidik membayangkan dirinya menjadi anak anggun. “Enggak deh, mau ke rumah Jihoon aja,” ucapnya sambil berlari meninggalkan rumah.

“Itu kakak lo apa enggak mau tobat?” Lia menoleh hingga Shuhua hilang dari pandangan, menuju kerumunan Teletubies di depan rumah nomor 5.

“Udah ah, jadi ke rumah lo, enggak nih? Gue nanti malam mau ke rumah Yangti seminggu.”

Lia mengangguk. Heejin menutup pintu depan dan gerbang, berlalu menuju ke rumah Lia.

Menwhile, Jihoon sedang gencar menyusun siasat dengan Haechan. Dua rumah “bom” sedang bersuka ria mendatangi open house. Enggak tahu aja, kalau sebentar lagi perang akan pecah.

“Heh! Gimana caranya biar itu bapak-bapak ketemu sama ibu-ibu?” tanya Haechan, masih melihat situasi di dua rumah.

Jihoon dengan gaya sok detektif, mulai berpikir.

“Heh! Malah pada gosip di sini,” celetuk Shuhua.

Haechan langsung berdiri. “Eh, beneran si Heejin udah ada gebetan?”

Shuhua memutar bola mata malas. “Kalau ada emangnya mau apa? Gue ogah punya saudara ipar kayak lo.”

“Heh, enak aja kalau ngomong, ya. Gini-gini gue rajin sholat, suka menabung, rendah hati, suaranya merdu, terganteng sedunia, dan—”

“Mulutnya turah. Iyaudah gausah dipamerin itu, mah. Mikir gimana caranya mancing pertikaian, biar kita dapet konten,” potong Jihoon gemas.

“Emang yang mau bertikai siapa?” Shuhua baru datang, jadi tidak tahu yang dimaksud kedua komplotannya ini.

“Tuh, liat!” Haechan menunjuk dua rumah yang berjejer tampak rame. Bedanya, satu rumah bertuan rumah janda dengan tamu bapak-bapak only, satunya rumah duda dengan tamu ibu-ibu only.

“Lah, mama gue di situ ternyata, papa juga,” pekik Shuhua.

Jihoon mengangguk mafhum. “Iya, ibu-ayah gue di situ juga, kok.”

“Wah, pecah perang dunia kalau kesampean.”

Haechan tiba-tiba berdiri. “Gue ada ide!” Laki-laki itu lari berlari menyebrangi rumput di tengah kompleks, mendekati rumah Seolhyun.

“Itu ngapain jadi nyolongin sandal? Emang dia udah gabung sama gengnya kakak lo, Hoon?” Shuhua terheran melihat Haechan memindahkan sandal bapak-bapak ke tengah jalan. Tepatnya di rumput buatan yang ada di tengah jalanan kompleks.

Jihoon lalu berdiri. “Gue tahu maksud dia, ayo, lo bantu juga!” ucapnya sambil menyeret Shuhua ke rumah Jaehyun.

Mereka bertiga akhirnya bergotong royong agar semua sandal terpindah ke tengah, sambil sesekali mengawasi keadaan. Lima menit kemudian, semua sandal sudah berkumpul di tengah.

“Nah, kalau mereka keluar, kan, auto nengok rumah sebelah. Tinggal panggil bareng aja, beres, kan?” ujar Haechan sambil menaik turunkan alisnya, jahil.

Ide Haechan tepat sasaran, disertai dukungan Jihoon sebagai pemicu para bapak-bapak keluar secara serampangan dari rumah nomer delapan milik si janda cantik, sementara ibu-ibu berlagak tuli atau memang tidak dengar. Shuhua penikmat kebodohan bapak-bapak Hatari, dan luar biasa, papanya adalah salah satu di antara mereka.

Shuhua berdecak sembari menggeleng. Hadeuh, tak heran lagi jika papanya itu punya perilaku demikian menjengkelkan. Sudah tahu beristri; anak dua, bandel banget, mana ganjen sama janda pula.

Bukan Mbak Seolhyun yang salah, tapi bapak-bapak Hatari saja yang kebangetan kegatelan.

“Itu sandal gue!” Taehyung menarik baju koko Jimin, lalu merebut sandal miliknya yang diduga milik Jimin.

Namun, Jimin tetap bersikukuh itu sandalnya. “Ini sandal gue. Jelas-jelas warnanya pun—”

“Sontoloyo! Punya Pak RT ini!” kata Taehyung gregetan sambil mukul pundak Jimin pakai peci.

Sementara Mingyu berjongkok melempar sandal seenaknya sampai bikin Jaewon ngomel-ngomel karena sandal dia dibuang sama Mingyu.

“Milik gue Ming, kemariin!” Younghyun menyahut sandal yang nyaris akan dilempar Mingyu.

“Ini baru sandal gu—astaghfirullah, Mama!!!” Tahu-tahu bapak anak dua itu berdiri dengan tubuh kaku karena matanya menangkap bayangan tubuh istri di rumah sebelah. Alias di rumah duda depan rumah janda. Rumahnya Jaehyun, lah, siapa lagi, woi, duda ganteng di Hatari.

“Ming, jangan—bini gue ngapa di situ?!” sahut Taehyung sama kagetnya melihat sang istri di rumah duda.

Jaewon, Jimin, dan Younghyun yang sudah mendapatkan sepasang sandalnya langsung berbalik dan ikut melihat ke rumah duda. Mereka kompak sekali memekik tertahan. Rasanya tenggorakan gatal ingin meneriakan nama istri masing-masing.

Lalu tiga anak, dalang di balik kekacauan para bapak-bapak Hatari tertawa. Taeyong yang sejak tadi tahu aksi mereka kini berjalan dengan langkah panjang mendekati pelaku kerusuhan, yang tak lain adalah anak dan ponakannya, sama anak gadisnya Mingyu.

“Bener-bener kalian ya, Anak Dakjal!” omel Taeyong sudah siap mau menerkam Jihoon dan Haechan hidup-hidup, terutama anaknya yang kurang ajar ngerekam. “Hapus gak videonya!? Ayah laporin ke ibu kamu nanti.”

Jihoon malah cekikan. Sungguh biadab sekali anak satu ini. Sama bapak sendiri tega. “Ibu nggak di rumah, Yah.”

“Iya, Om. Tante pergi,” sahut Haechan cekikikan.

“Emak lu paling rebahan di sofa.” Sok tahu banget si bapak padahal istrinya sedang bertamu di rumah duda.

“Yong! Lo kenapa ke situ?” teriak Jaewon kontan berbalik dan menarik kerahnya. “Noh, urus bini lu.”

“Apaan, sih!”

“Bini lo di rumah duda.”

Saat mendongak, matanya kontan menangkap apa yang ditunjukkan oleh Jaewon. “NYAAAAAAAI!!!!” Taeyong berteriak setengah frutasi disusul bapak-bapak yang serempak menyerbu rumah sang duda tampan, Jaehyun.

 “NYAAAAAAAI!!!!” Taeyong berteriak setengah frutasi disusul bapak-bapak yang serempak menyerbu rumah sang duda tampan, Jaehyun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI. MINAL AIDIN WAL FAIZIN, SEMUA.
🙏🙏🙏🙏🙏

Hatari | 99-00lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang