O6

511 86 74
                                    

Sudah lebih dari satu jam Jayline menemani Ireneㅡbunda Taeyong, berbelanja segala kebutuhan yang bahkan ia rasa tidak begitu penting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah lebih dari satu jam Jayline menemani Ireneㅡbunda Taeyong, berbelanja segala kebutuhan yang bahkan ia rasa tidak begitu penting. Jayline jadi memahami, bunda Taeyong itu menyukai hal-hal dan pernak-pernik lucu bernuansa classic namun elegant. Jadilah sejak tadi mereka mondar-mandir dan keluar masuk disetiap toko aksesoris.

"Jayline."

Panggilan lembut itu berhasil merubah raut penat Jayline menjadi tersenyum seketika, walaupun ia tak suka acara berbelanja, tapi bukan etisnya jika ia bertingkah malas-malasan begitu.

"Eh, iya tante?" Irene terkekeh pelan, lantas mengusap rambut Jayline penuh kasih sayang. "Biasain panggil bunda coba. Sebentar lagi kamu juga jadi istri Taeyong, 'kan?"

Mendengar hal itu, Jayline terkekeh dengan penuh paksaanㅡsungguh, kali ini ia tidak bohong dan ingin menyembunyikannya. Ia hanya benar-benar tak tau harus berekspresi apa.

Taeyong yang ternyata sedari tadi mengikuti kegiatan belanja itu melihat perubahan ekspresi Jayline. Kemudian, ia merangkul bahu sempit 'calon tunangannya' itu dan tersenyum.

"Iya, kamu harusnya terbiasa panggil bunda dong, Jayline." Jayline mendelik seraya menatap Taeyong penuh tanda tanya. "Maksud lo apa, anjㅡ"

Ucapannya terhenti ketika Taeyong melayangkan senyuman kemenangan, disertai dengan netra Jayline yang melihat kearah Irene yang tengah menatap penuh perhatian kearah kedua muda mudi itu. Jayline melayangkan senyumnya ke Irene yang dibalas dengan senyum hangat.

"Kalian masih pake lo-gue, ya?"

Jayline hendak menggeleng. Namun, sialnya Taeyong mengangguk dan menampilkan ekspresi kecewa yang dibuat-buat.

"Taeyong sebenarnya enggak mau, Bun. Tapi, kayanya Jayline butuh waktu buat pake aksen aku-kamu ke Taeyong," tutur Taeyong yang seketika membuat Jayline ingin memelintir pria itu saat ini juga.

"Damn, i really hate you, Abrisam!" gumam Jayline dengan kesal.

Taeyong sebenarnya dengar. Tetapi, ia memilih mengabaikannya dan tersenyum disela-sela emosi Jayline.

Baru saja Jayline ingin melayangkan sumpah serampah pada Taeyong. Bahunya ditepuk halus oleh Irene yang kembali tersenyum kearahnya.

"Enggak papa, pasti butuh latihan sedikit buat terbiasa, ya? Yang penting kalian sama-sama saling membantu satu sama lain aja," nasehat Irene yang langsung diangguki oleh Jayline.

Selepasnya, wanita paruh baya itu berjalan mendahului keduanya, bermaksud membiarkan Taeyong dan Jayline untuk berbincang sebentarㅡpadahal itu hal yang buruk, karena nyatanya kini Jayline tengah menatap Taeyong dengan bengis.

"Bahagia banget ya lo habis playing victim?"

Pria ituㅡTaeyong, menggedikan bahunya acuh. "Gue enggak bertindak sebagai korban karena gue memang bukan korban. Tapi, gue orang cerdas yang paham dimana letak harus memainkan perannya."

Play Date, 이태용. [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang