18

392 83 79
                                    

Hai,
Ampun dah, mood swing parah jadi tulisannya gatau dah gimana ini. Maapin, ya, bos-kuㅠㅠ

 Maapin, ya, bos-kuㅠㅠ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jayline."

Satu panggilan lirih namun mengintrupsi ruang rungu Jayline yang baru saja membuka matanya dan merasa sedikit linglung.

"Gue ada dimana anjir?" paniknya entah pada siapa.

Sejurus dengan itu, namanya yang terpanggil semakin terdengar mendesak dan entah mengapa membuat perasaan Jayline terasa nyeri. "Jayline, tolongin gue!"

Mendengarnya, Jayline mulai memahami jika ia berada di rooftop SMA-nya dahulu, rooftop yang menorehkan banyak trauma dan luka, serta membuatnya harus dicap sebagai seorang penjahat.

"Jayline," panggil suara lirih itu. "please, tolongin gue. Gue belum mau mati."

Panggilan itu semakin nyaring, dan Jayline semakin tersadar jika dirinya kini berdiri ditepi rooftop, belum lagi satu gadis yang tengah mati-matian menahan bobot tubuhnya agar tidak terjatuh dengan cara bergelayut pada tepian bangunan yang ia gunakan sebagai pegangan.

Melihat hal itu, Jayline mencoba menggapai jemari gadis yang sudah memerah itu akibat ketakutan dan kelelahan. Persetan dengan ini mimpi atau tidak, Jayline hanya ingin membantunya. Pun, ia baru menyadari jika gadis itu adalah Kinandrana Yerim, teman sekelasnya.

"Yerim, hold on." Jayline panik luar biasa, "jangan takut, gue ada disini. Pegang tangan gue."

Yerim mengangguk, lalu mempercayakan keselamatannya pada Jayline dengan berusaha menggapai jemari Jayline. Segera Jayline menggenggam jemari mungil Yerim dan menariknya sekuat tenaga, seorang diri.

Demi apapun, tak ada seorang pun yang dapat ia mintai pertolongan. Terlebih, rooftop memang kawasan yang sangat sepi.

Percobaan pertolongan Jayline sedikit membuahkan hasil pada menit-menit awal. Namun, menit berikutnya, genggaman itu sedikit demi sedikit mulai tak lagi erat akibat keringan dari kedua telapak tangan mereka yang membuatnya licin dan tubuh Yerim yang semakin panik karena hal itu.

"Jayline, gue mau jatuh!" jerit Yerim histeris, "gue enggak mau mati, Jayline."

Jayline kalang kabut dan mencoba sekuat tenaga menolong. "Jangan nyerah dulu, pegang tangan gue. Gue janji selamatin lo, Yerim."

"Please, jangan panik. Gue disini buat lo."

Namun, naas, genggaman tangan itu terlepas begitu saja karena Jayline yang sudah tak sanggup mempertahankannya, terlebih keringat yang semakin banyak keluar dari telapak tangannya, membuat genggaman itu semakin licin. Detik berikutnya, Jayline dapat melihat dengan jelas tubuh Yerim yang sudah berlumuran darah tepat dibawahnya akibat terjatuh dari lantai 5 sekolah. 

Ia menatap kedua tangannya yang memerah dengan panik, belum lagi tangis mulai berjatuhan dari sudut mata Jayline. Lalu, rungunya mendengarkan bisikan-bisikan orang yang mendadak datang silih berganti menghakiminya tanpa henti.

Play Date, 이태용. [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang