28

337 78 15
                                    

Hai,
Yaampun,
aku telat berapa hari dahㅠㅠ
Maaf ya huhu.

Netra Taeyong melirik Jayline yang sudah terlelap dengan raut tenang yang tercetak jelas di wajah gadis itu dari sisi balkon, dimana dirinya kini berdiri seraya merokok dengan tatapan yang ia arahkan pada pemandangan kota yang terhampar bebas—Taey...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Netra Taeyong melirik Jayline yang sudah terlelap dengan raut tenang yang tercetak jelas di wajah gadis itu dari sisi balkon, dimana dirinya kini berdiri seraya merokok dengan tatapan yang ia arahkan pada pemandangan kota yang terhampar bebas—Taeyong tentu saja tak memiliki satu buah rokok disakunya, melainkan ia mengambilnya dari tas kecil Jayline, karena gadis itu selalu saja membaca batang-batang nikotin itu kemanapun ia pergi.

Pria Abrisam itu tak berniat menguntit maupun mencuri rokok milik Jayline, hanya saja pikirannya terlalu rumit saat ini. Pun, tidak sering merokok bukan berarti dirinya tak bisa merokok, hanya saja Taeyong menghindari untuk mengkonsumsi nikotin—terlebih, ia benci rasa ampeg, sesak dan panas di dadanya ketika merokok.

Tapi, kali ini ia tahan. Pikirannya mendadak pusing mendengar ucapan Jayline sesaat sebelum gadis itu tertidur, ucapan yang menghantarkan dirinya pada kenangan beberapa tahun yang lalu.

"Yerim Anindhita..." gumamnya seraya menghembuskan asap putih dari kedua bilah bibirnya. "Gimana bisa Jayline selalu kebayang Yerim ketika sama gue?"

Membawanya kembali pada kisah beberapa tahun di masa dirinya menjabat menjadi ketua OSIS di suatu sekolah menengah atas yang cukup bergengsi kala itu.

Siang itu, Taeyong tengah menghabiskan waktu makan siangnya di rooftop seraya menikmati angin sepoi-sepoi dan langit yang cukup mendukung karena mentari kali ini tidak bersinar dengan terik. Ia sudah menghabiskan makan siangnya beberapa menit yang lalu, membuatnya dapat merebahkan dirinya dengan tenang seraya memejamkan kedua matanya, sampai suara seseorang mengintrupsi kegiatannya.

"Kak Taeyong," panggil seseorang dengan gugup dan ragu.

Pria itu membuka matanya, lantas terbangun dari posisi semula dan mengalihkan atensinya kearah dua gadis dengan badge berbeda tengah menatapnya—satu dengan tatapan ragu dan sesekali mengalihkan pandangannya, sedangkan satunya terlihat tak peduli dengan tatapan malas.

Netranya menelisik tajam kepada keduanya—Ah, bukan pada keduanya ataupun yang memanggilnya, hanya pada gadis dengan warna badge persis miliknya, satu angkatan rupanya. Tapi, yang menjadi masalah adalah wajah itu taka sing baginya, wajahnya yang membuatnya kesal beberapa hari ini.

"Lo cewek itu, 'kan?" telunjuknya menuding pada gadis yang kini menatapnya dengan tatapan datar. "Cewek yang waktu itu ada di Mall, numpahin milk tea lo dibaju gue dan buat pacar gue salah paham karena lo tiba-tiba usap baju gue pake tissue."

Ah, ingatan Taeyong mulai tersegarkan pada kejadian tepat dua hari yang lalu, hari naas dimana ia harus rela diputuskan kekasihnya karena kesalahpahaman yang disebabkan oleh gadis berambut coklat dihadapannya itu. Pantas saja, hanya dengan menatapnya membuat rasa kesal mendadak memuncak.

"Gara-gara lo gue putus sama Jisoo, tanggung jawab lo," tuding Taeyong berhasil membuat si gadis—Jayline, terkejut, terlebih lagi junior mereka yaitu Yerim yang awalnya memiliki urusan dengan Taeyong menjadi terdistraksi atas kejadian itu.

Play Date, 이태용. [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang