Rasakan abadi
Sekalipun kau mengerti
Sekalipun kau pahami
Kupikir kusalah mengertimuOoh aku hanya ingin kau tahu
Besarnya cintaku
Tingginya khayalku bersamamu
Tuk lalui waktu yang tersisa kini
Di setiap hariku
Di sisa akhir napas hidupku🎶 Repvblik - Hanya Ingin Kau Tahu 🎶
***
Sudah Direvisi
***
SMA Pancasila merupakan sekolah favorit di Jakarta. Sekolahnya luas pake banget. Ada lapangan sepak bola, lapangan voly, sampai kolam renang juga ada di bagian paling belakang di sekolah itu.
"Seriusan kita mau ke kelas XII?" tanya Regita nampak ragu.
"Loh sekarepmu lah, gue mah ngikut aja," ucap Leuren santai. Namanya memang terdengar modern, namun kalian harus tahu nama lengkapnya. Leuren Tukiyem Pustri, 100% berdarah Jawa dan belum lama tinggal di Ibukota. Bahasanya juga kadang dicampur-campur antara ngapak dan Bahasa Indonesia.
"Gue juga ngikut aja, Re," timpal Biana.
"Ngikut-ngikut piwe? Ko sing tanggung jawab, Bi!" ucap Leuren dengan nada kesal.
Biana menoyor kepala Leuren hingga oleng ke samping. "Biasa aja dong, gak usah pake ngegas!"
Mereka bertiga sampai di depan pintu kelas XII IPA 1. Ketiganya mematung dan ragu untuk mengetuk pintu kelas tersebut.
"Bisa rusak reputasi gue kalo harus jalanin hukuman ini," gumam Regita.
"Emang reputasi lo bagus?" sindir Biana.
"Yang pasti, gue lebih famous daripada lo!" balas Regita.
"Tolol," timpal Leuren.
Kemudian hening. Mereka tidak ada yang berani masuk ke dalam kelas itu, bahkan mengetuk pintu pun tidak berani. Dasar pengecut, ya.
Biana tersenyum lebar, menampakkan deretan giginya yang rapi. "Gue punya ide!" serunya.
Regita dan Leuren menatap sahabatnya dengan tatapan bertanya.
Biana melangkahkan kaki semakin dekat dengan pintu kelas XII IPA 1. Ia tersenyum kemudian mengetuk pintu tiga kali.
Tok tok tok.
Biana membuka pintu dengan perlahan. Ia berdiri di ambang pintu dengan senyum yang masih tercetak manis di bibirnya.
"Permisi, Pak Erdi," ucap Biana ramah.
Pak Erdi, guru yang tengah mengisi kelas itu memicingkan matanya. Guru botak itu memilin-milin kumisnya yang panjang.
"Ada apa?" tanya Pak Erdi.
Biana melangkah masuk ke dalam kelas, diikuti Regita dan Leuren di belakangnya. Semua pasang mata milik para murid di kelas itu menatap mereka.
"Boleh minta waktunya sebentar, Pak?" tanya Biana.
"Boleh, sebentar saja. Jangan lama-lama," jawab Pak Erdi.
Biana menarik napas, bersiap untuk bicara. "Sebelumnya, kenalin nama gue Biana Arrenzea. Di samping gue ada Regita Queenelyn Agrakari dan Leuren Tukiy--"
"Leuren Thalita Putri," potong Leuren tidak mau nama aslinya disebut. Nama itu doa dari kedua orang tua, kok malah malu nyebutinnya?
"Leuren Thalita Putri pala lo! Nama lo tuh Leuren Tukiyem Pustri, gue ingetin tuh kalo lo lupa!" bisik Regita tepat di telinga Leuren.
KAMU SEDANG MEMBACA
JASEN (End)
Romance(Beberapa part diprivat acak, follow untuk kenyamanan membaca). Jasen Laksamana Pressapda. Seorang lelaki cuek dan dingin yang merupakan ketua dari Geng Zolvenior. Kepribadiannya sangat tertutup, irit bicara, dan bisa berubah menjadi kejam sewaktu-w...