"Cepetan dong, lelet amat!" ucap Regita. Ia berlari berdampingan dengan Biana. Sementara Leuren tertinggal jauh di belakang.
"Capek, lampir!" balas Leuren sambil ngos-ngosan.
"Duduk dulu deh," ucap Biana.
Mereka bertiga duduk di sebuah kursi panjang. Minggu pagi ini mereka gunakan untuk joging di taman dekat apartemen Biana.
Karena jam sudah menunjukkan pukul delapan, mereka bertiga merasa kelaparan. Akhirnya mereka memutuskan untuk membeli bubur yang mangkal di depan taman itu.
"Bayarin, Bi," ucap Leuren.
Biana memicingkan matanya menatap Leuren. "Bayar sendiri," balasnya.
"Pelit," cibir Leuren.
"Pelit? Tuh baju, celana, sama sepatu yang lo dan Regita pake punya siapa? Nemu di tong sampah apartemen, hah?" tanya Biana.
Leuren nyengir. "Pinjem punya lo," jawab Leuren.
Biana mengibaskan rambutnya, sengaja mengenai Leuren. Kemudian, ia mendekat ke tukang bubur untuk memesan. Sementara itu, Regita dan Leuren sudah duduk di trotoar.
"Mang, bubur ayam tiga porsi," ucap Biana memesan.
"Siap, Neng. Komplit?" tanya tukang bubur.
"Gue gak pake kacang, Bi," ucap Regita dibalas acungan jempol oleh Biana.
"Yang satu gak pake kacang, satunya lagi gak pake bawang goreng, satunya lagi komplit," ucap Biana.
"Oke, Neng. Pesanan diterima," ucap tukang bubur itu dan mulai meracik bubur ayam.
Biana membalikkan badan, hendak menuju kedua sahabatnya.
"Biana," panggil seseorang.
Biana menoleh ke sumber suara, tepatnya di dekat gerobak bubur itu.
"Revon?" tanya Biana.
Revon tersenyum. Ia tengah sarapan bubur juga, namun sekarang mangkuk buburnya sudah bersih.
"Habis joging juga?" tanya Revon.
Biana mengangguk kaku.
"Gue liat lo dari tadi, sengaja gak nyapa. Gue kira lo liat gue dan bakal nyapa duluan," ucap Revon.
"Sorry, gu-gue gak liat lo ada di situ," ucap Biana canggung.
"Iya, gak pa-pa."
"Hmm itu, anu ... gu-gue ke sana dulu, ya," ucap Biana gugup dan tergagap-gagap.
'Tolol banget sih, kenapa gue jadi gugup kayak gini? Malu-maluin aja!' batin Biana kesal dengan dirinya sendiri.
"Gue boleh ikut?" tanya Revon.
Biana mengangguk ragu.
Kemudian, mereka berdua berjalan ke arah Regita dan Leuren. Kedua sahabat Biana itu langsung melongo melihat Biana datang bersama Revon.
"Ekhem, romantisnya," ledek Leuren.
"Jadi pengin deh," timpal Regita.
"Lo jangan ngarepin Jasen bakal kayak Revon," ucap Biana.
"Iya deh, iya. Revon kan cuma punya Biana Arrenzea," ucap Regita.
"Kalian tahu?" tanya Revon.
Regita dan Leuren mengangguk bersamaan.
"Maaf ya, Rev," lirih Biana merasa tidak enak karena sudah membocorkan perjodohan itu pada kedua sahabatnya.
"Gak pa-pa, kok. Gue juga bakal kasih tahu sahabat-sahabat gue. Lagipula, lambat laun mereka akan tahu juga," ucap Revon diiringi senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JASEN (End)
Romance(Beberapa part diprivat acak, follow untuk kenyamanan membaca). Jasen Laksamana Pressapda. Seorang lelaki cuek dan dingin yang merupakan ketua dari Geng Zolvenior. Kepribadiannya sangat tertutup, irit bicara, dan bisa berubah menjadi kejam sewaktu-w...