Dua Dua

3K 138 0
                                    

Regita duduk di bangkunya. Ia langsung menyembunyikan wajahnya yang penuh dengan air mata. Leuren yang menyadari Regita menangis segera menghampiri sahabatnya itu.

"Re," panggil Leuren seraya menyentuh bahu Regita. "Lo nangis?" tanyanya khawatir.

Regita mengangkat wajahnya, ia mengusap air matanya dengan kasar. "Bener kata Biana, Jasen brengsek! Harusnya gue putusin dia dari dulu!"

Leuren menatap Regita dengan tatapan bingung. Tidak biasanya Regita emosi seperti ini, apalagi menyangkut Jasen. Karena dari dulu, yang Leuren tahu, Regita sangat sabar menghadapi Jasen.

"Maksud lo apa sih, Re? Coba jelasin ke gue," ucap Leuren lembut.

"Jasen pelukan sama orang di toilet cewek!"

Leuren terkejut mendengar pernyataan dari Regita. Andai saja Biana berangkat sekolah hari ini, ia pasti akan memarahi dan memaki Jasen habis-habisan.

"Udahlah, Re. Gak usah ditangisin," ucap Leuren kembali mengusap bahu Regita. "Lo putusin aja, biar dia ngerasa kehilangan lo."

Regita tidak menjawab ucapan Leuren.

'Aku bakal sabar ngehadapin sikap kamu. Aku juga sanggup buat terus maafin semua kesalahan kamu. Tapi, dalam sebuah hubungan, tidak ada maaf untuk penghianatan.'

^^^^^

Bel sekolah berbunyi nyaring. Leuren dan Regita mengemasi barang mereka masing-masing. Regita masih murung, ia tidak habis pikir dengan kelakuan Jasen kepadanya.

"Lo pulang naik apa, Re?" tanya Leuren.

"Taksi," jawab Regita datar tanpa ekspresi.

"Sama gue aja, yuk! Bang Leon jemput pake mobil, " ajak Leuren.

Regita menggeleng.

"Ya udah, kalo gitu kita ke parkiran bareng."

Regita berdiri. Ia berjalan lesu di samping Leuren. Regita tidak mau merepotkan Leuren, sedangkan Leuren juga tidak mau memaksa jika sahabatnya itu memang tidak mau pulang dengannya.

Tiba-tiba seseorang berdiri menghalangi pintu kelas mereka. Regita mengangkat wajahnya, menatap seseorang yang lebih tinggi darinya itu. Jasen.

Regita membuang mukanya. Lalu, gadis itu berlalu lewat celah yang tersisa. Begitu juga dengan Leuren, ia sedang malas beradu mulut.

"Regita," panggil Jasen datar.

Regita menghentikan langkahnya. Mamun, ia tidak ada niat untuk membalikkan badannya. Sedangkan Leuren melenggang pergi meninggalkan sepasang kekasih itu.

"Pulang sama gue," ucap Jasen.

"Tadi lo bilang gak mau pulang bareng sama gue?" ketus Regita.

Jasen menghembuskan napasnya kasar. Padahal, ia sedang berusaha membaikkan lagi hubungan mereka. Rupanya Jasen tidak pernah menyadari bahwa hubungan mereka dari awal tidak pernah baik-baik. Jasen juga terkejut karena Regita memakai kata gue-lo, bukan aku-kamu seperti biasanya.

"Ya udah." Jasen berjalan santai melewati Regita begitu saja. Ia tidak suka memaksa, sama seperti ketidaksukaannya jika dipaksa.

Regita menatap punggung Jasen yang berjalan menjauhinya. Ia tersenyum getir. Dadanya terasa sesak, seolah Jasen sudah merenggut semua oksigen yang berada di situ. Air mata Regita mengalir perlahan, namun gadis itu segera menghapusnya. Ia bergegas menuruni anak tangga agar secepatnya sampai di rumah.

Brukkk

"Sorry, gue gak sengaja."

Regita berusaha bangkit. Ia tersungkur ketika Landan menubruknya. Lelaki itu juga membantu Regita untuk berdiri.

JASEN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang