Dua Puluh

3.5K 157 2
                                    

Pesta pernikahan Biana dan Revon telah usai. Para tamu sudah pulang semua, bahkan tenda pernikahan juga sudah dibongkar. Kini, keluarga Biana dan Revon tengah berkumpul di ruang tamu. Mereka sudah siap pulang ke Jakarta.

"Kalian beneran tidak mau menginap dulu di sini?" tanya Oma Siti.

Eva menatap Ibunya, sebenarnya berat meninggalkan Ibu yang sudah tua tersebut seorang diri.

"Ibu ikut kami saja ke Jakarta, gimana, Bu?" tanya Eva.

"Iya, Bu. Lagipula Revon sudah punya rumah sendiri, Eva jadi kesepian," timpal Reno.

Oma Siti tersenyum. "Memangnya Ibu tidak merepotkan kalian?"

"Ya tidak lah, Bu," ucap Reno.

"Lagipula aku khawatir sama Ibu. Aku pengin Ibu tinggal bersama keluarga aku, biar aku bisa merawat Ibu juga."

Hati Oma Siti mulai luluh. Akhirnya, wanita itu menyetujui untuk ikut ke Jakarta. Meninggalkan kota Yogyakarta yang penuh kenangan. Meninggalkan rumah yang penuh kenangan dengan almarhum suaminya.

"Sini, aku bantuin," ucap Revon mengambil alih koper yang dibawa Biana.

"Makasih."

"Gak usah kebanyakan ngucap makasih, kayak sama orang lain aja."

Revon membukakan pintu mobilnya, lalu membiarkan Biana masuk. Mobil tersebut pemberian dari Ayahnya saat ulang tahunnya tahun lalu. Mereka hanya berdua di mobil itu. Pasangan pengantin baru itu akan langsung menuju ke rumah Revon di Jakarta. Rumah yang ia beli sendiri dari uang gajinya bekerja di perusahaan Reno. Meski Reno juga memberi sedikit tambahan dalam membeli rumah itu.

"Kalau ngantuk, tidur aja."

Biana mengangguk. Ia memang mengantuk, karena jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

Revon melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Ia membelah jalanan malam dengan seorang istri di sampingnya. Biana sudah terlelap. Wajah polosnya dapat dilihat jelas oleh Revon. Biana memang cantik, tapi Revon belum yakin kalau ia sudah jatuh cinta secepat ini dengan Biana.

Revon membunyikan klakson mobilnya. Pintu gerbang rumahnya langsung dibuka oleh pak satpam yang menjaga rumah mewah itu.

Setelah itu, Revon memarkirkan mobilnya di garasi. Ia mematikan mesin mobil. Dilihatnya Biana yang masih tertidur pulas di jok mobil. Dari wajahnya, Biana sepertinya lelah sekali karena seharian beraktivitas.

Revon menyingkirkan anak rambut yang menutupi sebagian wajah Biana. Ia bisa melihat jelas wajah istri cantiknya itu. Kemudian, Revon turun dari mobil dan menggendong Biana ala bridal style menuju ke kamar mereka.

Saking nyenyaknya, Biana sampai tidak terbangun dari tidur bahkan ketika Revon sudah menaruhnya di atas ranjang. Revon membawa koper-koper ke dalam kamar dan memeriksa semua pintu berserta jendela sudah dikunci. Sebelum tidur, Revon juga melepas sepatu yang Biana kenakan serta menyelimutinya.

^^^^^

Mobil Jasen berhenti di depan rumah Regita. Setelah mengantar pacarnya itu, Jasen akan langsung pulang.

"Makasih, ya. Kamu gak mau mampir dulu?"

Jasen menggeleng pelan. "Nggak, udah malem."

"Besok pergi sekolahnya bisa bareng?" tanya Regita. Ia berharap Jasen akan mengangguk dan menjawab iya.

"Iya, gue jemput."

Senyum Regita mengembang. Ia berteriak senang dalam hati.

"Oke. Good night, sayang. Hati-hati di jalan," ucap Regita sebelum keluar dari mobil Jasen.

JASEN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang