Empat

3.9K 202 7
                                    

Cukup sudah kau sakiti aku lagi
Serpihan perih ini akan kubawa mati

Sampai kapan bisa membuatmu mengerti?
Membuat aku bermakna
Di hatimu
Di matamu, sayang..

🎶 D'masiv - Sudahi Perih Ini 🎶

***

Sudah direvisi

***

*Puter lagu di mulmed, biar lebih kerasa feel-nya.

"Aduh, ini kenapa anak-anak ribut begini?!" teriak Mbak Ike dengan panik.

Mbak Ike mengarahkan pandangannya pada gerombolan murid di depan kantinnya. Gerombolan itu didominasi oleh murid kelas XII. Namun, ada juga murid kelas X dan XII. Rupanya kabar menu baru dan gratisan itu sudah menyebar seantero sekolah.

"Mbak Ike, gue pesen sate melilit!"

"Keluarin menu barunya, Mbak!"

"Mana nih pesenan gue!"

"Seblak sadis satu porsi, Mbak!"

"Jangan diem aja dong, Mbak Ike!

Mbak Ike bingung bukan main. Kenapa banyak yang menanyai tentang menu baru? Kemudian, wanita itu mengambil panci dan sebuah sendok.

Dung dung dung dung.

Hening, semuanya diam ketika Mbak Ike memukul-mukul panci dengan sendok.

"Gak ada menu baru, apalagi gratisan! Kalian dikasih tahu siapa? Mbak Ike gak ngeluarin menu baru, apalagi sampai ngasih gratisan!" ucap Mbak Ike tegas bercampur kesal.

"ANJING! KITA KENA TIPU!"

***

Regita, Biana, dan Leuren duduk di bangku mereka masing-masing. Lapar? pastinya. Tapi mereka tidak bisa ke kantin, bisa dikeroyok habis-habisan sama anak kelas XII karena Biana sudah menipu mereka.

"Laper," ucap Leuren sambil memegangi perutnya.

"Banget. Gara-gara lo, Bi," timpal Regita menyalahkan. "Ke kantin aja yuk, lah!" ajak Regita kemudian.

"Gila lo! Gimana kalo kita malah dikeroyok sama anak kelas XII?!" balas Biana.

Leuren mengerucutkan bibirnya. "Laper banget, Bi. Ngelihhh."

"Ke warung Mang Wedi aja, yuk!" ajak Biana sekaligus memberi solusi.

"Kalo itu gue setuju pake banget! Gas kuy!" Regita berdiri dari duduknya dengan semangat yang membara.

"Ngapain lo semangat gitu? Jasen sama temen-temennya kan lagi di kantin," ucap Leuren.

"Kali aja Jasen udah ke warung Mang Wedi," ucap Regita.

Ketiga gadis itu melangkahkan kakinya menuju ke warung Mang Wedi. Warung kopi itu terletak di belakang sekolah, melewati gerbang belakang. Tempat itu biasa dijadikan tempat tongkrongan anak Geng Zolvenior.

Dari jarak kurang lebih sepuluh meter, mereka bertiga menghentikan langkah. Mengamati keadaan warung Mang Wedi dari jauh.

"Rame banget, anjir!" celetuk Biana.

"Lah kepriwe maning? Gue udah laper banget, nih."

Regita mengaitkan kedua lengannya ke lengan-lengan sahabatnya. "Nggak papa, selow aja. Gue pacarnya ketua geng, gak ada yang berani macem-macem sama kita!" ucap Regita seraya menarik lengan kedua sahabatnya menuju ke warung tersebut.

JASEN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang