Dua Tiga

3K 144 0
                                    

Pradit keluar dari sebuah mini market. Ia membeli beberapa makanan ringan untuk persiapan kumpul di rumah Sendra. Baik sekali Pradit itu, mau modal. Dua kresek putih besar ada di tangannya.

Gerakan Pradit saat hendak menaiki motor terhenti. Ia melihat Anggoro, ketua Geng Alexus.

"Hey, Bro!" sapa Pradit.

Anggoro melirik sinis. "Gak usah sok akrab! Geng kita usah gak sahabatan lagi."

Pradit mendekat ke arah Anggoro, lalu merangkulnya. "Lo apaan, sih. Jangan main-main, geng kita udah sahabatan dari dulu. Jangan cuma karena masalah kecil kayak gini kita jadi musuhan."

Anggoro menyentak Pradit, ia menyingkirkan lengan Pradit dengan kasar. "Masalah kecil lo bilang? Gue masih gak terima sahabat brengsek lo itu nyakitin Luisa."

Pradit menghembuskan napas kasar. 'Cuma masalah gitu aja dibesarin,' batin Pradit tak habis pikir. Ia rasa, Anggoro benar-benar berlebihan.

"Sendra kan juga udah minta maaf sama Luisa," ucap Pradit.

"Tapi gue masih belum terima!" Anggoro berlalu, memasuki mini market dan meninggalkan Pradit.

^^^^^

"Kok bisa sih? Brengsek banget tuh cowok!"

Revon mengelus bahu istrinya yang kelewat emosi. Di hadapannya ada Leuren dan Regita yang menangis.

"Sabar, Bi."

"Sabar gimana sih, Rev? Bilangin tuh sahabat kamu, benci banget aku sama dia!"

Regita terisak kecil, air matanya sudah mengalir sejak sampai di rumah Biana dan Revon. "Gue juga gak nyangka, hiks ...."

"Jangan nangis terus dong, Re. Gue bingung nih harus gimana," ucap Leuren.

"Bentar, gue ambilin minum," ucap Biana dengan nada tidak santai.

"Aku aja yang ambil, Bi. Kamu di sini temenin Regita," ucap Revon. Ia beranjak dari ruang tamu menuju ke dapur untuk membuat minuman.

Biana pindah tempat duduk di samping Regita. Ia benar-benar kasihan dengan nasib percintaan Regita. Sampai ada perselingkuhan. Semoga Revon tidak akan pernah menghianatinya.

"Putusin aja, Re," ucap Leuren lirih.

Regita menatap Leuren dengan matanya yang sembab. Ia memang sudah berencana untuk putus dengan Jasen.

"Jangan," cegah Biana.

Regita beralih menatap Biana, begitu juga dengan Leuren. Kenapa Biana bilang jangan? Padahal sejak awal, Biana sering memaksa Regita untuk memutuskan Jasen.

"Kenapa, Bi? Bukannya lo yang sering banget maksa Regita buat mutusin Jasen?" tanya Leuren heran.

"Gak seru kalo langsung putus gitu aja."

Regita mengusap sisa-sisa air matanya dengan kasar, lalu ia tersenyum smirk. "Gue tahu maksud lo, Bi."

Leuren menatap kedua sahabatnya dengan tatapan bertanya-tanya. Hanya ia yang lola alias loading lama. Leuren belum bisa menangkap maksud dari ucapan Biana.

"Maksud kalian apa, sih? Gue gak paham," ucap Leuren.

"Liat aja, nanti," ucap Regita.

Revon muncul dari arah dapur dengan dua gelas minuman di tangannya. Ia meletakkan minuman itu di atas meja tamu, kemudian duduk di sofa.

"Udah senyum-senyum aja, Re," ucap Revon.

"Iya dong. Gak guna nangisin cowok brengsek kayak Jasen," balas Regita terlihat lebih tegar daripada tadi.

JASEN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang