Dua Empat

3.1K 153 1
                                    

Enam cowok itu berjalan keluar dari kelas. Jam istirahat sudah berbunyi dan perut mereka minta diisi.

"Ke warung Mang Wedi, kuy! Udah lama kita gak ke sana," ajak Gibran.

"Kuy lah!" balas Sendra.

"Kalian aja. Gue mau nyamperin Biana," ucap Revon.

"Nempel terus," cibir Pradit.

"Yang udah nikah mah bebas," ucap Revon.

"Gue ikut Revon," ucap Jasen.

"Gue juga ikut Revon. Kangen sama bebep Leuren."

"Haram! Belum pacaran udah bebep-bebepan," sindir Gibran.

"Suka-suka gue lah. Yang penting gue punya doi, gak kayak lo!"

Gibran melipat kedua tangannya di depan dada, lalu tersenyum. "Gue juga punya doi."

"Prettt! Gak mungkin Gibran punya doi," ucap Pradit.

"Gak percaya?" tanya Gibran. "Liat aja, kapan-kapan gue kenalin ke kalian."

"Gue tunggu," ucap Jasen.

Revon, Galang, dan Jasen memisah. Mereka berjalan menuju ke kelas Regita. Sedangkan Pradit, Sendra, dan Galang melangkahkan kakinya menuju warung Mang Wedi.

"Dit! Pradit!"

Pradit menghentikan langkahnya. Kedua sahabatnya pun juga menghentikan langkah. Pradit membalikkan badannya, mencari sumber suara.

"Hai," sapa Andria.

Pradit tidak membalas sapaan Andria, ia melengos.

"Hai juga, Andria cantik," ucap Sendra.

"Gue gak nyapa lo!" ketus Andria.

Pradit kembali melanjutkan langkahnya. Andria juga ikut berjalan di sebelah Pradit. Sedangkan Sendra dan Gibran memilih untuk berjalan mendahului Pradit.

"Gak bisa ya, lo gak gangguin gue sehari aja?" tanya Pradit.

Andria menggeleng cepat. "Nggak," jawabnya enteng.

"Males gue liat tampang lo," ketus Pradit.

"Makannya sering-sering liatin gue, biar jadi kebiasaan."

Pradit memutar bola matanya malas.

"Mau cokelat gak?" tanya Andria seraya mengeluarkan sebatang cokelat dari saku roknya.

Pradit melirik Andria sekilas. Lalu ia memicingkan matanya.

"Ini cokelat dikasih Dito."

"Dito?" tanya Pradit.

"Iya, Dito tuh suka sama gue. Tiap hari ngasih gue cokelat, bunga, banyak deh," jawab Andria bercerita.

Pradit berhenti. Ia merasakan ada yang mengganjal di hatinya. 'Kok perasaan gue gini, sih? Gak mungkin kalo gue cemburu.'

"Kok berhenti?" tanya Andria.

Pradit tak menjawab. Ia menatap manik mata Andria yang indah. Kemudian, Pradit melengos meninggalkan Andria seorang diri.

"Pulang sekolah gue nebeng, ya!" teriak Andria kepada Pradit yang sudah cukup jauh.

Pradit mengabaikan suara Andria. Entah mengapa jantungnya jadi berdetak lebih cepat. Pradit meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia tidak jatuh cinta dengan Andria.

'Gue gak suka sama Andria. Nggak. Nggak. Nggak. Masa suka sama cewek kayak dia sih? Tapi cantik juga, matanya indah banget. Ah, nggak! Gengsi dong!'

JASEN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang