Sembilan Belas

2.9K 147 0
                                    

Semuanya sudah berkumpul di rumah Pradit. Regita sudah sampai sedari tadi, diantar oleh Agas. Untung saja Papinya itu mengizinkan Regita untuk tidak sekolah hari ini.

"Udah kumpul semua?" tanya Pradit.

"Udah dungs! Galang si ganteng juga udah ada nich," jawab Galang.

"Apaan coba, ganteng dari mananya?" sewot Gibran.

"Dari mana-mananya dong, bebep Leuren aja sampe tergila-gila. Iya gak, bep?" Galang mengedipkan matanya ke arah Leuren.

Leuren menatap datar, lalu mengorek-ngorek lubang hidungnya. "Bodo."

"Ah, gemesnya. Jadi makin sayang deh," ucap Galang. Orang ngupil dibilang gemesin?

"Udah deh, gak usah buang-buang waktu," ucap Sendra.

"Ntar malah ketinggalan acara," timpal Jasen.

"Oke. Jadi, gue, Sendra, sama Gibran satu mobil di mobil gue. Jasen, Galang, Leuren, sama Regita di mobil Jasen," ucap Pradit.

"Enak aja lo kalo ngomong! Ogah gue semobil sama si combro," cerca Leuren.

"Apa, bep? Lo manggil gue combro? Uwuuuuu, ternyata lo punya panggilan sayang buat gue," ucap Galang.

"Hih!" Leuren menatap Galang dengan jijik.

"Gak usah protes deh, Ren. Terima aja napa," ucap Regita. "Bisa buat rame-rame kalo Galang semobil sama kita."

"Rame-rame ya? Lo kira gue ondel-ondel, bisa ngeramein suasana?"

"Udah udah, masuk ke mobil semua," ucap Gibran. Lalu ia masuk ke mobil Pradit.

"Gak usah protes, atau gak usah ikut sekalian!" ancam Sendra pada Leuren.

"Iyain," ketus Leuren.

Masing-masing orang masuk ke mobil sesuai pembagian dari Pradit. Jasen duduk di kursi kemudi, Regita duduk di sampingnya. Sedangkan Leuren dan Galang di kursi belakang.

"Regita!" panggil Leuren. "Kok lo duduk di depan sih?!" tanyanya kesal.

"Terus gue duduk di mana, hah? Bagasi?"

"Ya gue gak mau aja duduk berdua sama si combro ini," ucap Leuren.

"Kenapa, bep? Takut jatuh cinta ya? Gak pa-pa kok kalo lo jatuh cinta sama gue, gue siap tanggung jawab."

"Paan sih!" ketus Leuren. "Pindah ke belakang dong, Re!"

"Diem!" sentak Jasen. "Regita, duduk di depan aja sama gue," ucapnya.

Regita tersenyum dan mengangguk ke arah Jasen. "Denger tuh, Ren. Gak usah banyak bacot!"

"Lo juga, jangan banyak bacot!" ketus Jasen kepada Regita.

Kemudian, mereka berempat diam. Leuren memandang ke arah luar dengan kekesalan yang mencapai ubun-ubun.

Galang menyenderkan kepalanya ke bahu Leuren.

Otomatis Leuren langsung mendorong tubuh Galang agar menjauh darinya. "Jangan deket-deket!" usirnya.

"Uluhh, pinjem bahu doang."

"Lo juga punya bahu sendiri!"

"Enakan nyender ke bahu lo."

Leuren memutar bola matanya malas. Lalu ia menggeser pantatnya sampai mentok. Bukan Galang namanya kalau ia nyerah gitu aja. Cowok itu ikut menggeser pantat, bedanya ia malah mendekat ke arah Leuren.

^^^^^

Biana menatap wajahnya dari pantulan cermin rias. Ia melihat jelas wajahnya yang di make up sedemikian rupa. Tinggal memoles sedikit blush on, si perias selesai me-make up Biana.

JASEN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang