Enam Belas

3K 155 0
                                    

Dua hari lagi menuju pernikahan Revon dan Biana. Kini, mereka berdua tengah fitting baju pengantin ditemani Veta dan Eva.

Mereka berempat melihat-lihat baju pengantin yang tampak mewah-mewah di butik besar itu. Semua baju kelihatan bagus. Apalagi Biana cantik dan Revon tampan, mau pakai baju apa aja juga pasti pas.

"Mau cari baju pengantin untuk putra putrinya, ya, Bu?" tanya seorang pegawai di butik itu. Di bajunya tertera nama Intan Lianita.

"Iya, Mbak. Tolong carikan baju yang cocok, ya," jawab Eva.

"Gaun atau kebaya?" tanya Intan.

"Dua-duanya," jawab Eva.

"Kok dua, Bun?" tanya Revon.

"Kebaya untuk ijab kobul, gaunnya untuk resepsi."

"Emang ada resepsinya?"

"Ada dong. Tapi tenang aja, yang diundang cuma keluarga dekat sama teman dekat."

"Kita cari gaun sama kebayanya dulu, ya. Cari jasnya nanti," ucap Veta.

"Iya, Vet. Lagian cari jas buat Revon kan gak susah. Biar sekalian jasnya menyesuaikan gaun sama kebayanya Biana," ucap Eva membalas ucapan Veta.

Intan mengedarkan pandangannya, mencari kebaya dan gaun yang bagus serta jas yang akan dikenakan pasangannya.

"Ini, kebaya model baru. Sopan, tidak terlalu terbuka. Warnanya ada putih dan biru. Bawahannya kain batik yang kualitasnya sangat bagus," ucap Intan menjelaskan. Di tangannya ada dua kebaya.

"Pilih mana, Bi? Putih atau biru?" tanya Veta kepada putrinya.

"Pilihin Mama aja," jawab Biana.

"Kok pilihin Mama? Yang mau nikah kan kamu," ucap Veta.

"Yang putih aja, Bi. Cocok sama lo," ucap Revon.

Biana tersenyum canggung. "I-iya, yang putih."

Intan memajang kembali kebaya yang biru, sedangkan yang putih ia bawa. Kemudian, ia memilih-milih gaun untuk ditawarkan kepada calon pengantin itu.

"Ini gaun paling bagus di sini. Bagian depan panjangnya di atas lutut, bagian belakang menjulur sampai ke tanah. Bagian depan ada motif-motif bunga, bagian belakangnya menampakkan punggung." Intan menunjukkan sebuah gaun yang sangat bagus dan mewah. Namun kalau dipakai, pasti terlalu terbuka. Apalagi tidak ada lengannya sama sekali.

"Kamu mau, Bi?" tanya Eva.

"Bagus itu, Bi. Cocok kalau kamu yang pakai," ucap Veta.

"Jangan, gue gak suka karena terlalu terbuka. Pilihin yang lain aja, Mbak," ucap Revon.

Setelah mendapat kebaya dan gaun yang cocok untuk Biana serta setelan jas untuk Revon, mereka berempat mampir makan sebelum pulang.

Veta dan Eva senang, sebentar lagi anaknya akan segera menikah. Meskipun Biana dan Revon masih canggung, lambat laun juga akan akrab dan saling mencintai.

"Pernikahan kalian akan digelar di Yogya," ucap Eva sambil memakan makanannya.

"Di rumah Oma, Bun?" tanya Revon.

"Iya, di rumah Oma halamannya luas," jawab Eva.

"Aku gak sabar deh pengin liat Biana sama Revon menikah," ucap Veta.

"Aku juga gak sabar pengin gendong cucu," timpal Eva.

Uhukk

Biana dan Revon tersedak makanan bersamaan. Mereka langsung mengambil minuman masing-masing dan meneguknya.

JASEN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang