Jam pelajaran pertama adalah pelajaran Sejarah, pelajaran yang membosankan. Jasen, Galang, Sendra, Pradit, Revon, dan Gibran memilih untuk bolos di rooftop. Kepulan asap rokok mengepul di udara.
"Lo udah sembuh beneran, Bran?" tanya Sendra.
"Udah lah. Luka tusuk di perut gue gak parah. Cuma disuruh minum obat, sama jangan makan yang amis-amis," jawab Gibran. Ia hanya dirawat di rumah sakit selama dia hari.
"Eh, Sen, ikutan main sini!" ajak Revon.
"Nggak. Permainan kalian bosenin," tolak Jasen. Cowok itu tengah tiduran sambil menatap langit.
"Jasen lagi galau, jangan diganggu," ucap Pradit.
"Gegara Regita ke kantin bareng Landan," timpal Gibran.
"Berisik lo pada!" ketus Jasen.
"Tapi kalo diliat-liat, Landan ganteng juga sih. Dia pinter, anak karate, anak OSIS juga. Kalo gue jadi cewek, gue juga bakal suka sama Landan," ucap Galang memanas-manasi Jasen.
"Emang lo kira Regita suka sama Landan?" tanya Jasen.
"Bisa jadi!" jawab Galang, Revon, Pradit, Gibran, dan Sendra bersamaan.
Jasen diam, tak menanggapi lagi ucapan sahabat-sahabatnya yang ngelantur. Ia menatap langit yang berwarna biru cerah. Pikirannya sibuk mencari cara agar Regita memaafkannya.
"Mulai lagi!" ucap Gibran.
Mereka tengah bermain Jurnet (jujur atau nekat). Permainannya sama dengan truth or dare. Tapi dimulai dengan hom pim pah, yang kalah akan mendapat pertanyaan atau tantangan dari yang lain.
"Jurnet!" ucap kelima orang itu bersamaan.
Revon dan Pradit menunjukkan punggung tangan, sedangkan sisanya telapak tangan.
"Yuhuuu!" ucap Pradit seraya menarik tangannya.
"Jurnet!" Gibran, Galang, dan Sendra berucap bersamaan. Dan yang kalah adalah Galang.
"Yahhh, kok gue sih!" kesal Galang.
"Gue duluan ya," ucap Revon. "Jujur atau nekat, Lang?" tanya Revon.
"Jujur."
"Lo pernah gak ngelirik-lirik cewek lain selama pacaran sama Leuren?"
"Ya nggak lah! Gue burik-burik gini, orangnya setia tingkat tinggi. Pokoknya hanya ada Bebep Leuren sampai mati," jawab Galang mantap.
"Ngaku juga ya kalo lo burik," celetuk Gibran.
"Giliran gue, Lang," ucap Pradit. "Jujur atau nekat?"
"Nekat."
"Kasih yang susah, Dit. Yang jangan berperikemanusiaan," ucap Gibran.
"Jangan lah. Pradit kan bespren gue, gak mungkin tega. Iya gak, Dit?" ucap Galang.
"Maaf, anda siapa ya?" ketus Pradit.
"Mampus lo! Udah dicoret dari daftar kenalannya Pradit," ucap Sendra.
"Galang, lo harus bacain pantun buat lima cewek di SMA Pancasila. Sanggup?" tantang Pradit.
"Kalo Bebep gue marah gimana?" tanya Galang merasa keberatan.
"Ciah! Takut sama cewek, bre!" ledek Sendra.
"Gue takut aja kalo Bebep Leuren marah, ngedapetin dia susah tau!" ucap Galang. "Tapi, oke lah. Gue terima tantangan lo, Dit."
"SIAPA YANG DUDUK-DUDUK DI ROOFTOP?!"
Keenam orang yang ada di rooftop itu terjengit kaget, begitu pula dengan Jasen yang langsung mengubah posisinya menjadi duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
JASEN (End)
Romance(Beberapa part diprivat acak, follow untuk kenyamanan membaca). Jasen Laksamana Pressapda. Seorang lelaki cuek dan dingin yang merupakan ketua dari Geng Zolvenior. Kepribadiannya sangat tertutup, irit bicara, dan bisa berubah menjadi kejam sewaktu-w...