Dua Delapan

3.3K 141 0
                                    

Fahra melirik ponselnya ketika ada notifikasi chat. Fahra sekolah di SMA Tunas Bangsa, sekolah yang menjadi musuh bebuyutan SMA Pancasila. Padahal sekolahnya berhadap-hadapan.

Gibran Anggrian:
Malam, Ra.

Tidak lama kemudian, Fahra membalas dengan ketus. Ia takut menjadi masalah kalau ia dekat-dekat dengan anak SMA Pancasila. Apalagi Gibran merupakan anggota Geng Zolvenior.

Fahra Alezandia:
Udah tahu. Siapa yang bilang siang?!

Gibran Anggrian:
Galak amat.

Fahra Alezandia:
Masbuloh. Masalah buat loh?

Gibran Anggrian:
Keluar deh, jangan di kamar mulu.

Fahra Alezandia:
Hah? Apaan sih.

Gibran Anggrian:
Gue lagi di ruang tamu rumah lo, nih.
Mama lo baik banget ya.

Mata Fahra melotot setelah membaca chat terakhir yang Gibran kirimkan. Ia menyisir rambut sepunggungnya yang ia gerai dan mengganti bajunya. Setelah itu, ia keluar dari kamar menuju ruang tamu.

"Tadi ada tamu, Ma?" tanya Fahra kepada Mamanya yang tengah duduk di ruang tamu bersama Papanya.

"Tamu?" tanya Mamanya bingung. "Nggak, tuh."

Papanya meminum kopi yang mulai mendingin. "Kenapa, Ra?" tanya Papanya ikutan bingung.

Fahra nyengir, lalu menggelengkan kepalanya. Sial! Ia dikerjai oleh Gibran.

Fahra Alezandia:
BANGSAT! LO NGERJAIN GUE?!

Gibran Anggrian:
Hehe

Fahra Alezandia:
Haha hehe!
Gue udah sisiran sama ganti baju, kirain ada lo beneran, ternyata zonk!

Gibran Anggrian:
WOW!
Ngarep banget gue bertamu ke rumah lo.

Fahra menepuk dahinya dengan keras. Ia keceplosan mengetik seperti itu. Jadi malu sendiri kan.

Fahra Alezandia:
NGGAK!
Siapa yang ngarep, hah?!

Gibran Anggrian:
Oke, deh.
Gue otw ke rumah lo.
Mau dibeliin apa?

Fahra Alezandia:
Nggak usah!

Gibran Anggrian:
Beneran gak usah dibeliin apa-apa?

Fahra Alezandia:
Nggak usah ke sini!

Gibran Anggrian:
Bodo amat.
Gue udah siap nih, tinggal meluncur.
Tunggu ya, see you.

Fahra melemparkan ponselnya. Ke atas kasur, kalau ke lantai kan sayang. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi.

Benar saja. Selang lima belas menit, Gibran sampai di rumahnya. Ia membawa martabak dan donat. Fahra keluar dari kamarnya dan menuju ke ruang tamu. Rambutnya yang tadi acak-acakan sudah disisir lagi.

"Nah, itu Fahra. Om sama Tante ke kamar dulu, ya."

Fahra duduk berhadapan dengan Gibran. Mama dan Papanya sudah pergi ke kamar dengan saling merangkul.

"Ngapain ke sini?" tanya Fahra ketus.

"Kan lo sendiri yang mau gue ke sini," jawab Gibran.

"Pulang aja sana," usir Fahra.

Gibran mengambil secangkir teh di atas meja yang Mamanya Fahra buatkan untuknya. Lalu, ia meminumnya hingga habis.

Gibran berdiri sambil mengusap sekitaran mulutnya yang basah. "Gue pulang."

"Eh?" Fahra ikut berdiri. "Kok pulang?" tanyanya bingung.

"Katanya disuruh pulang?"

"Ng-Nggak gituuuu!" ucap Fahra. "Duduk lagi!"

JASEN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang