Tiga Delapan

4K 161 0
                                    

"Ren, Regita di UKS?" tanya Jasen ketika ia sudah berhadapan dengan Leuren.

"Iya nih, gue juga mau susulin ke sana," jawab Leuren. "Biana juga di sana."

"Regita sakit apa?"

"Demam, badannya panas banget." Leuren memasukkan buku-bukunya ke dalam laci. "Lo tahu dari mana?"

"Tadi ada anak Zolvenior yang ngasih tahu," jawab Jasen.

"Lo gak mau nyusulin ke UKS?"

Jasen menggeleng. "Takutnya Regita malah badmood kalo ketemu gue, dia kayaknya udah benci banget sama gue."

Leuren menatap Jasen dengan prihatin. "Nggak kok, Sen. Regita gak benci sama lo."

"Dia pernah bilang sendiri, Ren. Dia pernah bilang kalo dia benci sama gue." Jasen menutup kedua wajahnya dengan telapak tangan. "Dia juga keliatan deket sama Landan."

"Nggak, Jasen." Leuren berusaha memberi pengertian. "Regita nggak serius pas bilang benci sama lo. Dia tuh tiap hari galau, jadi agak pendiem karena mikirin lo. Tentang Landan, dia sama sekali gak suka sama Landan. Gue tahu itu, Sen. Regita cuma cinta sama lo."

Jasen menyerahkan plastik putih yang dibawanya kepada Leuren.

"Ini apa?" tanya Leuren bingung.

"Nasi, air mineral, paracetamol sama vitamin. Kasihin ke Regita. Tapi, jangan bilang dari gue," ucap Jasen.

"Kenapa jangan bilang dari lo?"

"Nggak papa. Bilang aja kalo itu dari lo."

"Yang waktu itu, lo nitipin nasi ke temen sekelas gue, dari lo kan?" tanya Leuren.

Jasen mengangguk. "Iya."

"Kenapa lo bilangnya dari Landan?" tanya Leuren bingung.

"Regita gak akan mau makan kalo tahu nasi itu dari gue."

Leuren terdiam. Ia menatap kresek putih di tangannya.

"Gue pergi dulu," ucap Jasen kemudian melenggang pergi.

Leuren ikut keluar kelas, ia segera menuju ke UKS. Sesampainya di depan UKS, pintunya tidak ditutup. Leuren masuk sambil menenteng kresek putih dari Jasen.

"Nih, Re. Gue bawain makanan sama obat buat lo," ucap Leuren.

"Tumben baik?"

"Sekali-kali lah." Leuren mengedarkan pandangannya. Tidak ada Biana di UKS, tapi ada Landan yang duduk di kursi samping ranjang. "Biana mana?"

"Ke kantin sama Revon," jawab Regita.

Leuren menatap Landan dengan tatapan tak suka. "Lo ngapain di sini?" sinisnya.

"Kenapa?" Landan menanya balik. "Gak suka kalo gue di sini?"

"Nggak," jawab Leuren jujur. "Pergi aja sana lo, ngapain juga lo nempel-nempel ke cewek orang. Gak laku ya? Gak ada yang mau sama lo?"

"Leuren," tegur Regita.

"Lo sadar diri dong, Lan! Regita tuh masih pacarnya Jasen. Cewek banyak, gak cuma Regita. Bisa kan cari yang lain?"

"Nggak, gue sukanya sama Regita," ucap Landan. "Gue cinta sama Regita," lanjutnya penuh penekanan.

Regita mematung mendengar pernyataan Landan. Ia tidak menduga sama sekali jika Landan akan mengatakan itu. Niatnya Regita kan cuma mau membuat Jasen cemburu, tapi kenapa Landan malah baper?

"Tapi Regita gak cinta sama lo, Regita cintanya sama Jasen. Pacarnya. Denger ya, pacarnya! Regita punya pacar, jadi lo jangan ngarep!" tegas Leuren.

"Udah lah, Ren. Jangan bikin gue tambah pusing deh," ucap Regita.

"Kenapa, Re? Lo belain Landan?" tanya Leuren. "Lo juga harus sadar dong, Re. Kasian Jasen digituin mulu sama lo."

"Jasen juga dulu kayak gitu kan ke gue?!" Regita tak mau kalah.

"Kok lo jadi gini sih?! Dulu, lo sendiri yang bilang ke gue kalo mencintai itu harus ikhlas, gak boleh mengharap balasan. Terserah balasannya mau apa, yang penting kita tetap mencintai." Leuren mendekat ke Regita, berdiri di depannya. "Lo pernah bilang gitu kan ke gue sama Biana?"

"Tapi gue capek, udah capek sama Jasen."

Leuren menatap manik mata Regita, ia bisa melihat masih ada cinta yang besar untuk Jasen. "Capek? Liat Jasen, Re! Dia udah berubah, gak cuek lagi. Itu kan yang lo mau dari dulu? Sekarang, malah lo yang kayak gini? Kapan selesainya sih?"

"Terserah Regita lah, kenapa lo ikut campur? Masalah hidup lo kurang banyak sampai-sampai lo ikut campur masalah orang lain?" ucap Landan.

"Diem lo, gue gak lagi ngomong sama lo!" bentak Leuren. "Pergi aja sana, dasar setan!!"

"Oke, gue pergi!" Landan akhirnya mengalah. Ia meninggalkan dua gadis itu di dalam UKS.

Regita merebahkan tubuhnya. Ia pusing, kesehatannya mulai tidak karuan akhir-akhir ini.

"Makan dulu, Re. Obatnya juga dimakan," ucap Leuren.

Regita tidak menyahut. Ia malah memejamkan matanya dengan satu lengan diletakkan di dahi. Kepalanya nyut-nyutan.

"Jasen beneran udah berubah, Re. Dia sayang banget sama lo."

"Nggak usah sok tahu deh, Ren," ucap Regita. "Gue masuk UKS aja dia gak peduli kan? Dia gak nyamperin gue ke sini."

"Jangan ngomong gitu, Jasen peduli sama lo." Regita membuka matanya, menatap Leuren. "Nasi yang dikasih sama Rara, bukan titipan dari Landan, tapi dari Jasen."

"Maksud lo?" tanya Regita, bodoh.

"Ya Jasen yang nitipin ke Rara buat dikasih ke lo. Bukan dari Landan." Leuren mengangkat plastik putih yang tadi ia letakkan di atas nakas. "Ini, dari Jasen juga. Tapi dia nyuruh gue buat jangan ngasih tahu. Jasen tadi mau ke sini, tapi takutnya lo malah badmood."

Regita mematung. Ia tidak menyangka kalau Jasen seperhatian itu. Seharusnya, ia senang karena Jasen sudah berubah. Tapi dirinya malah memikirkan untuk membalas perbuatan Jasen.

"Kenapa diem, Re? Lo nyesel?" tanya Leuren.

^^^^^

JASEN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang