"Anterin gue ke sekolah, Lang," ucap Regita sambil menepuk bahu Elang dan duduk di kursi sebelahnya.
"Kalo gue anterin lo ke sekolah, gue dapet apa, Kak?"
"Permen milkita."
Elang memakan roti isi selainya. "Buat apaan? Ngasih kok permen milkita."
"Milkita tuh permen mahal! Gak liat di iklan tv?" ucap Regita sewot.
"Udah, makan nih," ucap Armita seraya menyodorkan piring isi roti dengan selai kacang untuk Regita.
"Makasih, Mi," ucap Regita dibalas anggukan oleh Armita. "Papi udah berangkat?"
"Udah, ada rapat pagi katanya."
Elang meneguk habis susunya. Kemudian, ia berdiri, hendak berangakat ke sekolah. Namun, Regita mencekal tangannya.
"Apa sih, Kak?" tanya Elang.
"Anterin gue," jawab Regita.
"Nggak biasanya kamu minta dianterin? Biasanya berangkat naik motor sendiri," ucap Armita.
"Paling biar pulangnya bisa minta dianterin cogan-cogan."
"Tepat sekali! Pinter lo, Lang!"
Regita mencium punggung tangan Armita. Begitu juga dengan Elang. Setelah itu, kakak beradik itu keluar dari rumah menuju ke motor milik Elang.
Motor Elang melaju dengan kecepatan sedang. Hari sudah cukup siang, Regita sengaja. Entah kenapa ia jadi malas ke sekolahan. Malas bertemu Jasen tepatnya.
"Ngebut napa, Lang!"
"Ogah, biar lo telat!"
"Lo juga bisa telat!"
"Gue mah udah biasaaa!"
"NGEBUT, LANGGG!"
"OKEEEE!"
Elang menarik gasnya dengan kuat. Regita sampai terjengit ke belakang. Ia menyalip-nyalip mobil dan juga motor di depannya dengan ahli. Sampai akhirnya, mereka sampai di depan gerbang SMA Pancasila. Untungnya belum bel, Regita tidak terlambat.
"Makasih, Elangku sayang," ucap Regita seraya turun dari motor Elang.
"Jijik!" seloroh Elang.
"Udah sana pergi! Yang ngebut kayak tadi, ya. Biar di jalan kecelakaan."
"Kakak biadab!"
Regita melihat punggung Elang sampai ia menghilang. Kemudian, ia masuk ke dalam sekolah menuju ke kelasnya. Biana dan Leuren sudah berangkat rupanya. Semalam mereka berdua enak-enakan ke pasar malam bareng pacar masing-masing. Dan yang menyebalkannya adalah Regita tidak diajak.
"Pagi, Re!" sapa Leuren.
"Gak usah ngomong sama gue!" ketus Regita. Lalu ia menunjuk Biana. "Lo juga, gak usah ngomong sama gue!"
Biana duduk di samping Regita. "Lo marah?"
"Iya, kenapa?!" Wajah Regita ia ubah menjadi songong. "Ke pasar malam gak ajak-ajak!"
Leuren dan Biana tertawa nyaring.
"Kalo kita ngajak lo, lo mau ke sana sama siapa? Sama Jasen?" tanya Biana.
Regita memeluk kedua sahabatnya dengan erat. "Gue benci Jasen," lirihnya.
^^^^^
"Hai, Dit!" Andria duduk di samping Pradit yang tengah bercanda dengan para sahabatnya.
"Gue keluar deh, ya. Mau nyamperin Bebep Leuren kesayangan akoh," ucap Galang sebelum beranjak keluar dari kelas.
"Gue juga, ah. Mau nyamperin My Wife," ucap Revon ikut menyusul Galang.
KAMU SEDANG MEMBACA
JASEN (End)
Romance(Beberapa part diprivat acak, follow untuk kenyamanan membaca). Jasen Laksamana Pressapda. Seorang lelaki cuek dan dingin yang merupakan ketua dari Geng Zolvenior. Kepribadiannya sangat tertutup, irit bicara, dan bisa berubah menjadi kejam sewaktu-w...