Tiga Sembilan (End)

6.4K 189 2
                                    

"Kenapa kamu tidak mengerjakan PR?" tanya Bu Ela kepada Regita.

"Udah ngerjain, Bu. Tapi bukunya ilang gara-gara Biana," jawab Regita.

"Kok gue sih, Re? Gue gak salah apa-apa ya," elak Biana.

"Udah udah, jangan berantem. Regita, kamu gak usah nyalahin siapa-siapa," ucap Bu Ela.

Regita mendengus kesal. Semalam ia sudah mengerjakan PR. Dan di jam istirahat kedua tadi, Biana meminjam buku PRnya. Tapi entah kemana buku PR itu sekarang.

"Kamu bersihkan perpustakaan sekolah, tata buku-bukunya!" ucap Bu Ela tegas.

"Buuu," rengek Regita. "Gak bisa gitu dong, bisa sampai lewat jam pulang sekolah. Kalo saya pulangnya sore gimana? Orang tua saya nanti nyariin, Bu."

"Gak usah banyak alasan, Regita. Kamu kan bawa hp, apa susahnya ngabarin orang tua kamu kalau kamu dihukum dan akan pulang sore?"

"Sekarang, Bu?"

"Seabad lagi!"

"Oke," ucap Regita santai dan hendak ke tempat duduknya.

"SEKARANG, REGITA!!!"

"Iya, Bu. Iyaaaaa!" Regita pun keluar dari kelas untuk menuju ke perpustakaan sekolah.

Biana menyenggol Leuren. "Berhasil," lirihnya.

Leuren menunjukkan kedua ibu jarinya. "Sip!"

Biana mengeluarkan sebuah buku dari laci mejanya, buku PR milik Regita.

Di perpustakaan, Regita tengah menata buku-buku ke dalam rak. Tangannya menyentuh kemonceng, lalu membersihkan debu-debu. Perpustakaan sudah sepi sekali. Hanya ada Bu Winda, penjaga perpustakaan.

"Sebel banget sama Biana."

"Emang bocah tai, kemana tuh buku PR gue!"

"Kalo dia gak pinjem buku PR gue, gak akan mungkin gue dihukum kayak gini."

"Bu Ela juga apaan, sih. Nyebelin!"

"Sia-sia banget gue ngerjain semaleman."

"Kalo gue tahu buku PRnya bakal diilangin Biana, mending gak usah ngerjain sekalian!"

"Tai!"

"Siapa yang tai?" tanya Bu Ela sambil bersedekap di belakang tubuh Regita.

Regita membalikkan tubuhnya sambil nyengir. "Eh, Bu Ela. Kok di sini?" tanya Regita sok sopan.

"Kan udah bel pulang, saya sudah selesai ngajar."

"Oh. Saya pulang juga ya, Bu?" tanya Regita.

"Tuh, rak itu masih berantakan. Ruang baca juga masih kotor," ucap Bu Ela. Kemudian, guru itu meninggalkan Regita sendirian.

Regita memukul-mukulkan kemonceng ke rak buku dengan kesal. Gigi-giginya bergemeletuk.

"Kenapa kamu, Regita?" Suara Bu Ela terdengar dari jauh. Guru itu pasti mendengar suara kemonceng yang dipukul-pukulkan oleh Regita.

"Nggak!" jawab Regita sambil teriak.

Regita melanjutkan kembali hukumannya sambil terus mengoceh. Hatinya kesal setengah mati. Kesal dengan Bu Ela, terutama dengan Biana.

"Sebel!"

"Kenapa sih harus dihukum kayak gini!"

"Bu Ela sama Biana emang tai!"

Regita meletakkan buku-buku ke dalam rak dengan kasar. Bibirnya tidak berhenti mengoceh. Mengata-ngatai siapa pun yang ada di pikirannya.

"Dihukum kok ngoceh mulu."

JASEN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang