"REGITA!!"
Regita dan Jasen menghentikan langkahnya. Mereka baru saja sampai di sekolah, berangkat bersama.
"Ngapain lo?" tanya Jasen menatap Landan dengan sinis.
"Lo baikan sama Jasen?" tanya Landan kepada Regita.
"Iya," jawab Jasen cepat. "Kenapa emang?"
"Gue gak ngomong sama lo!"
Jasen berdecih, ia membuang mukanya dari Landan.
"Udah ya, Sen," ucap Regita. "Lo kenapa manggil nama gue?" tanya Regita.
"Lo jahat, ya."
Jasen melotot ketika mendengar Landan mengatakan itu kepada Regita. Ia menarik kerah seragam Landan dan bersiap menonjoknya.
"Jangan, Sen!" cegah Regita. Gadis itu memeluk lengan Jasen dari samping.
"Maksud lo apa, hah?!" bentak Jasen tidak terima.
"Gue gak ngomong sama lo!!" Landan balas membentak.
Regita menarik napas panjang, lalu menghembuskannya. "Jasen, kamu sabar dulu. Aku mau nyelesein masalah aku sama Landan," ucap Regita tegas.
Jasen diam, ia tidak mengindahkan ucapan Regita. Cowok itu masih saja emosi ketika melihat Landan.
"Lan," panggil Regita meminta seluruh perhatian Landan. "Gue kan dari awal udah bilang, gue cuma mau buat Jasen cemburu."
"Denger tuh, makannya jadi cowok jangan baperan!" timpal Jasen.
"Jasennn," ucap Regita kesal karena Jasen masih saja ikut-ikutan.
"Tapi gue terlanjur jatuh cinta sama lo, Re," ucap Landan.
Regita memijit pelipisnya, pusing. Kalau soal perasaan, urusannya runyam dan rumit. "Gue minta maaf karena gue udah permainin lo. Tapi, lo tahu sendiri kalo gue cintanya sama Jasen. Please, Lan, ngertiin gue."
"Oke," ucap Landan. "Terserah lo."
"Bunuh tuh perasaan lo buat Regita!" ucap Jasen.
"Iya, gue akan bunuh perasaan gue ke Regita. Tapi gue minta satu hal ke lo, Re."
"Apa?" tanya Regita. Dalam hati, ia berharap kalau Landan tidak minta yang macam-macam.
"Jangan muncul di depan gue lagi, jangan ngomong sama gue lagi."
Dari gerbang sekolah, muncul rombongan anak-anak Zolvenior. Mereka masuk ke dalam sekolah dengan rapi dipimpin oleh Pradit. Tadi, Jasen memang berangkat mendahului mereka karena harus menjemput Regita.
"Pagi-pagi udah ngerecokin Jasen sama Regita nih," ucap Galang. Ia berangkat dengan Leuren.
"Enaknya diapain nih?" tanya Sendra.
"Gantung aja di tiang bendera," timpal Pradit.
"Udah udah," ucap Regita. "Urusan gue sama Landan udah selesai."
Landan tidak berkata apa pun. Cowok itu melengos pergi, ia tidak mau berurusan lagi dengan Regita atau pun anak Zolvenior. Regita melihat kepergian Landan. Ia merasa bersalah karena sudah mempermainkan perasaannya.
"Itu siapa, Bran?" tanya Regita ketika melihat Gibran merangkul seorang cewek. Regita belum pernah melihatnya.
"Fahra, pacar gue," jawab Gibran.
"Lo jadi pindah ke SMA Pancasila, Ra?" tanya Biana.
Fahra mengangguk. "Jadi lah, males gue di SMA Tunas Bangsa."
KAMU SEDANG MEMBACA
JASEN (End)
Romance(Beberapa part diprivat acak, follow untuk kenyamanan membaca). Jasen Laksamana Pressapda. Seorang lelaki cuek dan dingin yang merupakan ketua dari Geng Zolvenior. Kepribadiannya sangat tertutup, irit bicara, dan bisa berubah menjadi kejam sewaktu-w...