"REGITA!!"
Regita mempercepat langkahnya. Ia tahu, Jasen tengah mengejarnya yang baru saja sampai di sekolah.
"Kok dipanggil-panggil diem aja sih, Re?" tanya Jasen.
Regita menatap sinis. "Emangnya kenapa?" tanyanya ketus.
"Gak pa-pa sih," ucap Jasen. "Aku anterin ke kelas ya?" tawarnya.
"Nggak usah, aku bisa sendiri," tolak Regita tegas.
Galang merangkul Jasen, ia tertawa sejak tadi melihat Jasen ditolak mentah-mentah oleh pacarnya sendiri. "Rasain lo! Sekarang Regita yang berubah cuek," ucap Galang.
"Karma is real. Jasen dicuekin sama Regita karena dulunya nyuekin," ucap Gibran.
"Ngomong apa sih, lo, Bran?" tanya Revon menanggapi ucapan Gibran yang terbelit-belit.
"BERISIK!" bentak Jasen membuat semuanya diam. Tidak ada yang berani kalau ketua mereka sudah marah.
"Peace, Bos!" ucap Galang menunjukkan tanda peace.
Jasen berlalu meninggalkan sahabat-sahabatnya. Ia menaiki tangga menuju ke kelas Regita. Bagaimana pun, ia tidak mau kehilangannya.
"REGITA!!" panggil Jasen sambil berteriak.
Jasen melewati gerombolan siswi-siwi yang merupakan adik kelasnya. Banyak yang menatap dengan kagum dan ada juga yang berusaha menggoda Jasen.
"Kak Jasen, ganteng banget sih!"
"Mau dong, Kak, diajak ke warung Mang Wedi!"
"Nanti pulang sekolah anterin aku ya, Kak!"
Jasen membentak kesal, "Berisik! Gue udah punya pacar!"
Jasen berlari memasuki kelas Regita. Ia tengah mengobrol ringan dengan Biana dan Leuren. Jasen masuk begitu saja, lalu duduk di salah satu bangku kosong yang dekat dengan Regita.
"Kamu udah sarapan, Re?" tanya Jasen basa-basi.
Regita menggeleng. Pandangannya terfokus ke depan tanpa menatap Jasen.
"Kantin, yuk!" ajak Jasen.
"Nggak mau. Aku udah janji mau ke kantin bareng Landan pagi ini," ucap Regita.
"Landan?" tanya Jasen bingung.
"Iya," jawab Regita santai. "Tuh orangnya, duluan ya." Regita berdiri dari bangkunya. Ia melangkah menghampiri Landan yang sudah berdiri di ambang pintu.
Jasen menatap Regita dan Landan dari jendela kelas. Rasanya sakit. "Regita kenapa, sih?" tanya Jasen pada Biana dan Leuren.
Biana dan Leuren mengangkat bahunya bersamaan.
"Mana gue tahu," ucap Biana.
Jasen menggebrak meja di hadapannya dengan kesal sebelum keluar dari kelas itu.
Regita berjalan beriringan dengan Landan menuju kantin. Banyak yang berbisik-bisik membicarakan mereka. Namun, Regita dan Landan menutup telinga, tak peduli.
"Tumben lo ngajak gue ke kantin?" tanya Landan.
"Pengin aja, lagi sebel sama Jasen."
Landan terkekeh. "Jadi, gue cuma pelarian, nih?"
"Jangan bahas kayak gitu, deh."
Regita dan Landan duduk di salah satu meja yang kosong setelah membeli beberapa makanan dan minuman. Suasana kantin masih sepi karena hari juga masih sepagi ini. Landan memperhatikan Regita yang tengah memakan sebuah roti, tampak manis dan cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
JASEN (End)
Romance(Beberapa part diprivat acak, follow untuk kenyamanan membaca). Jasen Laksamana Pressapda. Seorang lelaki cuek dan dingin yang merupakan ketua dari Geng Zolvenior. Kepribadiannya sangat tertutup, irit bicara, dan bisa berubah menjadi kejam sewaktu-w...