"Bang!"
Praspa mengetuk pintu kamar Pradit. Tepatnya bukan mengetuk, tapi memukul-mukul. Untung kayunya kuat, jadi tidak jebol.
Pradit membuka pintu kamarnya dengan kesal. "Apaan sih, lo?!"
"Ada pacar lo di bawah," ucap Praspa.
Pradit mengerutkan keningnya. Pacar? Dia kan tidak punya pacar.
"Gue gak punya pacar."
"Hahahaha ... jomblo! Pantesan hari Minggu gini angkrem doang di dalem kamar!"
"Angkrem? Lo kira gue babon?!"
"Turun sana, kasian pacar lo. By the way, pacar lo cantik."
Pradit mendorong Praspa agar menyingkir dari hadapannya. Ia penasaran dengan orang yang bertamu ke rumah dan mengaku-ngaku sebagai pacarnya.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Pradit ketus.
Andria berdiri. "Jalan, yuk!" ajaknya.
"Sana jalan sama pacar lo, biar gak pegel seharian cuma rebahan doang," ucap Radin.
"Apaan sih, Pi. Dia bukan pacar gue," elak Pradit.
"Jadi bener, bukan pacar Pradit?" tanya Radin pada Andria.
"Iya, Om. Kan aku udah bilang, aku bukan pacarnya," ucap Andria.
Citra keluar dari dapur, Mami Pradit itu membawa secangkir teh. "Diminum dulu."
"Ih, Tante. Gak usah repot-repot," ucap Andria merasa tidak enak.
"Kalo gak mau ngrepotin, mending lo sekarang angkat kaki dari rumah gue," usir Pradit.
"Kamu apaan sih, Dit. Gak boleh gitu sama tamu," tegur Citra.
"Diajarin sapa lo? Sama cewek gak boleh kasar, cewek tuh disayangi, bukan disakiti!" ucap Radin memberi pengertian pada Pradit.
"Kamu ke sini mau ajak Pradit jalan, kan?" tanya Citra dan dijawab anggukan oleh Andria.
"Sana ganti baju!" ucap Radin mendorong tubuh Pradit.
"Gue gak mau, Pi!" bantah Pradit.
"Lo mau gak dikasih uang jajan sebulan?" tanya Radin.
Pradit menghembuskan napas kasar, lalu kembali ke kamarnya untuk mengganti baju. Selepas kepergian Pradit, Radin juga kembali ke ruang kerjanya. Hari Minggu ini banyak data yang harus ia periksa. Sehingga, tinggallah Citra dan Andria di ruang tamu.
"Kamu cantik, tante suka," ucap Citra sambil mengusap pipi Andria.
Pipi Andria bersemu merah dipuji seperti itu oleh Citra. "Makasih, Tante."
"Dari dulu, Tante pengin banget punya anak perempuan. Tapi malah keluarnya laki semua."
"Hamil lagi aja, Tante."
"Ah, udah tua. Mau fokus ke Pradit sama Praspa aja. Lagian Pradit udah gede. Sebentar lagi Pradit juga nikah dan punya anak."
"Iya si, Tante bener. Tinggal nunggu cucu aja kalo pengin punya anak perempuan."
Pradit kembali ke ruang tamu. Ia sudah rapi dengan celana jeans, kemeja kotak-kotak yang tidak dikancing dan menampakkan kaos hitam di dalamnya.
"Kalian cocok. Andria jangan disia-siain ya, Dit," ucap Citra.
"Hm."
"Aku jalan duluan sama Pradit ya, Tan," pamit Andria sambil mencium punggung tangan Citra.
KAMU SEDANG MEMBACA
JASEN (End)
Romance(Beberapa part diprivat acak, follow untuk kenyamanan membaca). Jasen Laksamana Pressapda. Seorang lelaki cuek dan dingin yang merupakan ketua dari Geng Zolvenior. Kepribadiannya sangat tertutup, irit bicara, dan bisa berubah menjadi kejam sewaktu-w...