Dua

4.7K 220 0
                                    

Yang kupunya apakah selamanya
Biar, biar waktu yang menjawabnya
Jika bisa aku untuk memilih
Kuingin apa yang ada
Begini tuk selamanya

(🎶 Cjr - Jika Bisa Memilih)

***

Sudah direvisi

***

Jasen mendorong motor ninjanya mendekati rumah. Tujuannya agar tidak menimbulkan deru motor. Gerbang rumah mewahnya dibuka lebar-lebar, lalu ia memasukkan motornya ke garasi. Beruntung sekali karena rumah mewahnya itu tidak dijaga oleh satpam.

Lelaki itu mengambil ancang-ancang. Ia melompat dan tangannya mencengkeram sebuah besi, membuat tubuhnya menggantung di atas tanah. Lalu, Jasen mengayunkan badannya hingga tangannya berpindah mencengkeram pagar besi di balkon kamarnya. Terakhir, lelaki itu merayap naik hingga akhirnya mendarat di balkon kamarnya.

Jasen sengaja memilih kamar di lantai dua. Bisa ribet urusannya kalau kamarnya berada di lantai tiga atau empat. Jasen membuka pintu yang menghubungakan balkon dengan kamar tidurnya. Gelap, karena sebelum pergi Jasen mematikan lampu kamarnya. Tujuannya agar kedua orang tuanya mengira ia sudah tidur.

Lampu menyala ketika Jasen menekan saklar lampu. Ia membalikkan badan hendak memunggungi dinding.

"Papa? Kok kalian ada di sini?" tanya Jasen dengan keterkejutannya.

"Habis dari mana kamu malam-malam begini?" tanya Gian--Papa Jasen.

Gian menatap Jasen dengan tajam. Terlihat kilatan emosi di mata pria itu.

"Kenapa sih, anak cowok emang gini lah!" ketus Jasen. Ia sangat merasa tak suka dikekang oleh orang tuanya seperti ini. Seolah ia masih anak kecil yang harus diawasi.

"Habis tawuran lagi, hah?!" bentak Gian.

Aletta--Mama Jasen menyentuh sudut bibir Gian yang lebam membiru. "Ini kenapa, sayang?" tanya Aletta lembut.

Jasen menepis tangan Aletta yang menyentuhnya dengan kasar. "Nggak usah sok perhatian, deh!" ucap Jasen.

"JASEN! YANG SOPAN SAMA MAMA KAMU!!" bentak Gian lagi, ia semakin emosi karena sikap Jasen.

"Dia. bukan. Mama. aku!" ucap Jasen penuh penekanan di setiap kata.

"JASEN!"

"Mas, udah ...," lirih Aletta sambil mengusap bahu Gian.

"Sekali lagi Papa tahu kalau kamu ikut tawuran, kamu bakal Pap--"

"Apa? Bakal Papa apain, hah?" tanya Jasen memotong ucapan Gian dengan songongnya. "Urusin aja tuh istri sama anak baru Papa, gak usah ngurusin aku. Gak penting!"

Jasen melengos menuju ke kamar mandi untuk mengganti baju. Ia membanting pintu kamar mandi hingga mengeluarkan suara yang cukup keras.

"JASEN! PAPA BELUM SELESAI NGOMONG SAMA KAMU!" panggil Gian.

"Udah, Mas. Kita tidur aja, yuk!" ajak Aletta menarik lengan Gian untuk keluar dari kamar anak tirinya itu.

***

Regita berlari di koridor lantai dua menuju ke kelasnya. Sekolah sudah sepi, pasalnya bel masuk kelas sudah berbunyi sedari tadi. Untung saja peraturan di sekolah ini tidak terlalu ketat. Satpam penjaga gerbang juga tidak keberatan jika ada siswa yang terlambat.

Tok tok tok.

"Permisi." Regita mengetuk pintu kelasnya yang terbuka, membuat guru di dalam sana menatap kehadirannya.

JASEN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang