Satria berdiri sendirian didepan gerbang sekolahnya untuk menunggu angkot. Ia memang sengaja tidak membawa kendaraan dan meninggalkan kredit card nya. Dan Satria hanya membawa seragam sekolahnya dan beberapa potong baju ganti selama menginap di Panti.
Alasan ia berdiri sendirian disini karena Satria harus menemui walikelasnya, Pak Wakito untuk kembali membahas perihal beasiswa di Universitas ternama Indonesia itu. Teman-temannya dan Lyodra tentunya sudah pulang lebih dulu. Satria yang menyuruh.
Satria mengecek jam Rolex ditangannya yang ternyata sudah menunjukkan pukul 5 sore. Pantas saja, angkot tidak kunjung lewat. Jam segini para angkot kebanyakan sudah kembali ke terminal. Dan kalaupun Satria naik ojek online, uangnya tidak akan mungkin cukup. Karena hari ini Satria cuma membawa uang pas untuknya makan dan naik angkot pulang pergi.
Sebuah mobil hitam mewah berhenti didepannya. Kening Satria mengerut saat yang keluar adalah dua orang pria berseragam hitam menghampiri dirinya.
"Maaf Tuan Satria. Tuan harus segera kembali kerumah." ucap pria berambut gondrong itu, tegas.
"Gak. Gak akan pernah." Satria menjawabnya datar.
Pria berkepala plontos itu kini angkat bicara. "Maaf. Mau tidak mau Tuan kami akan bawa secara paksa. Kami tidak ingin terkena masalah jika misi ini gagal. Ayo bawa dia!"
Kedua pria itu menggeret tangannya memaksamya untuk masuk kedalam mobil mewah milik keluarga Hutama itu. Tapi niat mereka terhalang karena ada suara lain menghentikannya.
"Eh! Mau ngapain!??" pekiknya lalu berlari kecil menghampiri. Menatap Satria dan kedua pria itu secara bergantian. "Kak Satria mau diculik??"
🍭🍭🍭
"Pergi!" perintah Satria yang diabaikan oleh cewek itu."Aku bilangin Ayah aku loh, ya. Main culik-culik begitu. Ayah aku polisi lho, mau aku dilaporin, hah!?" ancamnya kepada kedua orang yang masih menahan tangan Satria. Satria berdecak kesal. Untuk apa Salwa ikut campur?
"Maaf, Nona. Ini sama sekali bukan tindakan penculikan. Kami hanya disuruh oleh Tuan Pradipta untuk membawa Tuan Satria pulang." jawab si kepala plontos. "Ini masuk ke tindakan penculikan tau! Kak Satria itu gak mau ikut kalian tapi kalian tetep maksa. Coba sebutin bagian mana yang nggak bisa disebut penculikan?" sahut Salwa.
"Nona—"
Salwa mengeluarkan ponselnya dari seragamnya dan menekan beberapa digit angka dan sengaja meloudspeaker panggilan teleponnya. Mengarahkan layar ponselnya pada mereka yang sudah terhubung ke panggilan telepon.
"Pergi gak!?" ancam Salwa.
Dengan amat terpaksa, mereka melepaskan tangan Satria dan pergi begitu saja. Salwa menghembuskan nafas leganya. Lalu tak lama panggilan itu terangkat.
"Kenapa telepon Ayah sore-sore begini, cimol? Ganggu acara kencan Ayah sama Mama aja deh!" dumal Ayahnya dari sebrang yang terdengar jelas karena masih di loudspeaker.
Salwa meringis buru-buru menonaktifkannya dan mengubah ke mode normal kembali, lalu mendekatkan ponselnya pada telinganya. "Kepencet Pak Bos. Monggo, dilanjut kencannya. Salam anjay buat Ibu ketua pasukan Wakanda."
"..."
"Iye, Bapake ini juga udah mau pulang. Oke, Bay-bay! Mwah!" setelah itu Salwa memasukan kembali ponselnya pada saku seragamnya. Lalu menatap Satria cangung.
"Kenapa lo suka ikut campur urusan orang?" tanya Satria, dingin. Sorot matanya menajam seakan menghunus kedua bola matanya. Salwa menunduk takut.
"Kenapa diem?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Boys Secret [Selesai] ✔
Teen FictionSiapa bilang kalau cowok gak punya rahasia? Start : 16 April 2020 End : 23 Agustus 2020 [Aku gak suka kalau ceritaku dicopas karena itu aku gak pernah copas cerita orang. Jadi, jika ada kesamaan tokoh atau hal-hal yang berkaitan itu bukan unsur dise...